Kemenkes Latih Guru Jadi Penolong Pertama Luka Psikologis di Sekolah

: Suasana belajar mengajar di sekolah (foto: Juli)


Oleh Juli, Sabtu, 19 Juli 2025 | 06:42 WIB - Redaktur: Untung S - 317


Jakarta, InfoPublik - Dalam sunyi ruang kelas yang sering hanya diisi hafalan dan angka, muncul harapan baru: ruang aman bagi hati yang sedang terluka. Melalui pelatihan Pertolongan Pertama pada Luka Psikologis (P3LP), Kementerian Kesehatan menanamkan kepedulian emosional sejak dini, dimulai dari guru dan siswa.

Pendekatan Pertolongan Pertama pada Luka Psikologis (P3LP), merupakan sebuah pelatihan empati yang ditujukan bagi tenaga pendidik, peserta didik, hingga masyarakat umum agar mampu menjadi penolong pertama bagi siapa pun yang mengalami tekanan emosional.

"Promosi kesehatan jiwa adalah upaya menjaga kita tetap di zona hijau, zona aman secara mental,” ujar Yunita Restu Safitri, Ketua Tim Kerja Promosi Kesehatan Jiwa dan Kemitraan, Kemenkes RI, dalam sesi pelatihan daring P3LP, Jumat (18/7/2025).

Ia menjelaskan bahwa, P3LP bukan terapi psikologis dan tidak harus dilakukan oleh tenaga profesional. Cukup dengan hadir, mendengar, dan memberi ruang aman, siapa saja, guru, teman, kader, atau rekan kerja bisa menjadi penolong pertama. "Kita tidak harus memberi solusi. Cukup duduk, dengarkan, dan jangan menghakimi,” terang Yunita.

Mengenali Zona Emosi dan Prinsip 3M

P3LP mengajarkan bahwa kondisi mental seseorang dapat dikenali melalui zona warna:

  • Hijau: Sehat mental
  • Biru: Mulai stres ringan
  • Kuning: Terganggu secara emosional
  • Merah: Butuh pertolongan profesional

Peran penolong pertama sangat penting sebelum seseorang jatuh ke zona merah. Untuk itu, pelatihan P3LP dilandasi prinsip 3M yakni Memperhatikan gejala stres, Mendengarkan dengan empati, dan Menghubungkan ke bantuan lanjutan (guru BK, keluarga, atau profesional).

Sekolah sebagai Ruang Aman Mental

Pelatihan ini juga mendorong terciptanya budaya literasi kesehatan jiwa di lingkungan sekolah. Tidak hanya murid, guru juga perlu didukung. "Kalau guru datang ke sekolah dengan hati yang bahagia, energi cinta itu akan menular ke siswa," kata Yunita.

Tak kalah penting, keluarga juga perlu terlibat melalui pengasuhan positif yang membangun ketangguhan emosi sejak dini.

Selain itu menurutnya, P3LP juga membangun generasi penolong, bukan penghakim. "Dengan pendekatan sederhana tapi berdampak besar, P3LP menjadi jembatan menuju generasi Indonesia yang lebih empatik, tangguh, dan sehat mental. "Mari jadi penolong pertama, bukan penghakim pertama. Karena satu telinga yang tulus bisa menyelamatkan satu hati yang hampir menyerah,” tutup Yunita. 

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh MC PROV RIAU
  • Sabtu, 30 Agustus 2025 | 10:01 WIB
Sekolah Harus Jadi Ruang Aman untuk Anak Riau
  • Oleh MC KAB LUMAJANG
  • Jumat, 22 Agustus 2025 | 04:46 WIB
Sekolah Aman dan Nyaman, Pemkab Lumajang Bentuk Satgas Anti-Perundungan
  • Oleh MC KAB BATANG
  • Kamis, 21 Agustus 2025 | 11:08 WIB
Ciptakan Sekolah Nyaman, Skansa Siapkan Ruang Curhat
  • Oleh MC KAB INDRAMAYU
  • Selasa, 15 Juli 2025 | 16:11 WIB
SMPN 4 Sindang Sambut Siswa Baru dengan MPLS Ramah dan Berkarakter
-->