- Oleh MC KAB BLORA
- Jumat, 29 Agustus 2025 | 17:50 WIB
: Happy Salma dalam monolog Nyai Ontosoroh di Festival Blora Seabad Pram
Oleh MC KAB BLORA, Sabtu, 8 Februari 2025 | 17:44 WIB - Redaktur: Untung S - 163
Blora, InfoPublik – Happy Salma, seorang pemeran, penyanyi, dan produser, tampil memukau dalam pementasan Monolog Nyai Ontosoroh pada rangkaian Festival Seabad Pramoedya Ananta Toer, yang digelar di pendapa rumah dinas Bupati Blora, Jumat (8/2/2025) malam.
Pementasan itu menjadi bagian dari peringatan seratus tahun kelahiran Pramoedya Ananta Toer, salah satu sastrawan besar Indonesia.
Happy Salma mengaku merasa gugup memerankan Nyai Ontosoroh di Blora, tanah kelahiran Pram. “Biar bagaimanapun ini pertama kali saya mementaskan di Blora, tempat kelahiran Pramoedya yang menciptakan tokoh Nyai Ontosoroh ini. Saya cukup gugup tapi saya sangat senang sekali,” ujar Happy Salma yang lahir pada 4 Januari 1980.
Penghayatan Mendalam Happy Salma dalam Monolog Nyai Ontosoroh
Monolog ini diadaptasi dari novel legendaris Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer dan disutradarai oleh Wawan Sofwan. Pementasan tersebut sukses menyihir penonton yang hadir di pendapa rumah dinas Bupati, membuat mereka hening dan terhanyut dalam kisah hidup Nyai Ontosoroh.
Happy Salma yang sudah lama berkarier di dunia seni peran, mengaku memerlukan waktu kurang lebih sebulan untuk mendalami karakter Nyai Ontosoroh kembali, setelah terakhir kali memerankannya sekitar delapan tahun yang lalu. Meski gugup, aktris kawakan ini berhasil menghadirkan sosok Nyai Ontosoroh dengan penuh penghayatan, mengenang kisah hidup seorang perempuan pribumi yang menolak tunduk pada tirani kolonial.
“Meski hanya ditemani dua kursi kayu, meja sederhana dengan koper tua di atasnya, serta alunan musik lirih yang mengiringi tiap ucapannya, saya berusaha untuk menyampaikan kisah seorang wanita yang luar biasa,” ujar Happy Salma. Dengan suasana yang minimalis namun mendalam, ia berhasil menuturkan kisah penuh perjuangan dengan penuh emosi.
Di akhir pementasan, Happy Salma mengakhiri monolog dengan kalimat yang menggema di seluruh pendopo: "Namun kami tidak kalah, sebab kami telah melawan dengan sebaik-baiknya dan sehormat-hormatnya." Kalimat tersebut diikuti dengan riuh tepuk tangan yang meramaikan suasana pendopo, yang datang dari sastrawan, seniman, mahasiswa, pelajar, hingga masyarakat umum.
Kisah Nyai Ontosoroh yang Menginspirasi
Monolog ini menceritakan kisah hidup Nyai Ontosoroh, yang dalam kehidupan nyata bernama Sanikem, seorang wanita pribumi yang "dijual" oleh ayahnya kepada seorang Belanda demi sebuah jabatan. Kisah perjuangannya sebagai perempuan yang berjuang melawan tirani kolonial memberikan inspirasi mendalam bagi para penonton yang hadir.
Festival Seabad Pramoedya Ananta Toer di Blora semakin terasa hidup dengan pementasan ini. Karya besar Pramoedya kembali dihidupkan melalui seni pertunjukan yang membangkitkan kesadaran akan sejarah, perjuangan, dan kebangkitan literasi di Indonesia. (MC Kab. Blora/Teguh).