- Oleh MC KAB BATANG
- Jumat, 29 Agustus 2025 | 10:20 WIB
: Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) Kloter 30 Kabupaten Gorontalo. (foto MD)
Oleh MC PROV GORONTALO, Rabu, 21 Mei 2025 | 17:07 WIB - Redaktur: Eko Budiono - 222
Kota Gorontalo, InfoPublik – Menjadi dokter kloter dalam perjalanan haji bukan sekadar tugas medis biasa.
Peran itu mencakup pendampingan komprehensif, mulai dari fase persiapan di tanah air hingga kepulangan jemaah ke Indonesia.
Febi Iswandi Suarno, Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) yang bertugas sebagai dokter spesialis bedah di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo, menuturkan betapa vitalnya peran itu bagi kesuksesan ibadah haji Kloter 30 Kabupaten Gorontalo.
Fase Embarkasi: Memastikan Kesiapan Fisik dan Mental
Sebelum jemaah berangkat ke Tanah Suci, dokter kloter seperti Febi bertanggung jawab melakukan pemeriksaan kesehatan terakhir.
Mereka memastikan jemaah membawa obat rutin, terutama bagi penderita penyakit kronis seperti hipertensi atau diabetes.
Edukasi ringan tentang persiapan fisik dan mental juga diberikan. Identifikasi jemaah berisiko tinggi (risti) dan lansia menjadi prioritas untuk penanganan khusus selama di Arab Saudi.
Fase Penerbangan: Kewaspadaan Tinggi di Udara
Selama penerbangan, dokter kloter harus sigap memantau kondisi jemaah, terutama yang rentan mabuk perjalanan atau memiliki riwayat penyakit jantung dan pernapasan. Penanganan keluhan ringan seperti mual atau sakit kepala, pencatatan tindakan medis, serta koordinasi dengan awak kabin untuk situasi darurat menjadi bagian dari tanggung jawab mereka.
Fase Kedatangan di Arab Saudi: Penanganan Awal Pasca-Penerbangan Panjang
Sesampainya di bandara Arab Saudi, tim medis kloter fokus menstabilkan kondisi jemaah yang kelelahan setelah penerbangan panjang.
Penanganan darurat seperti kejadian pingsan atau gejala medis serius harus dilakukan dengan cepat. Dokter kloter juga berkoordinasi dengan tim kesehatan sektor bandara jika ada jemaah yang memerlukan rujukan lebih lanjut.
Fase Makkah dan Madinah: Pendampingan Harian yang Tak Kenal Lelah
Di Tanah Suci, dokter kloter terus memantau kesehatan jemaah secara rutin. Mulai dari pengobatan keluhan ringan di hotel, kunjungan khusus ke kamar jemaah risti, hingga edukasi harian tentang cuaca ekstrem, hidrasi, dan penggunaan masker. Febi menambahkan bahwa pengisian laporan harian dan input data di aplikasi pelaporan juga menjadi bagian dari tugas yang tak boleh terlewat.
Fase Armina: Ujian Terberat bagi Dokter Kloter
Fase Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina) menjadi puncak tantangan bagi dokter kloter.
Mereka harus mendampingi jemaah dalam kondisi cuaca ekstrem siap menangani kasus kelelahan berat, dehidrasi, atau gangguan kesehatan mendadak.
Kerja sama dengan tim kesehatan sektor dan KKHI sangat vital untuk memastikan rujukan cepat jika diperlukan.
Fase Kepulangan: Memastikan Kesehatan Jemaah Sampai di Tanah Air
Setelah melewati fase Armina, dokter kloter tetap bekerja memastikan pemulihan jemaah sebelum penerbangan pulang. Mereka mendampingi proses check-out dari hotel, memonitor kesehatan selama perjalanan ke bandara, hingga memastikan kondisi stabil saat boarding. Koordinasi dengan petugas kesehatan debarkasi di Indonesia juga dilakukan jika ada jemaah yang memerlukan penanganan lanjutan.
Lebih dari Sekadar Tugas Medis: Dokter Kloter sebagai Penjaga Ketenangan
Febi menegaskan, bahwa peran dokter kloter tidak hanya terbatas pada penanganan medis. Mereka juga menjadi mitra bagi perawat, TKHK, dan petugas kloter lainnya. Kemampuan komunikasi yang baik diperlukan untuk memberikan edukasi kesehatan secara sederhana namun bermakna.
Yang terpenting, kehadiran mereka memberikan rasa aman dan nyaman bagi jemaah, terutama dalam situasi darurat.(mcgorontaloprov/md/ilb/nancy)