- Oleh Putri
- Jumat, 22 Agustus 2025 | 21:00 WIB
: Alamsyah Tangahu (kiri) mahasiswa Program Studi Konservasi Hutan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Gorontalo bersama masyarakat saat berada di rumah persemaian kakao. (foto istimewa)
Oleh MC PROV GORONTALO, Jumat, 30 Mei 2025 | 19:38 WIB - Redaktur: Eko Budiono - 954
Kota Gorontalo, InfoPublik – Mahasiswa Program Studi Konservasi Hutan Fakultas Maritim, Perikanan, dan Kehutanan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Gorontalo-Alamsyah Tangahu- tak bisa menyembunyikan kegembiraannya saat melihat biji kakao yang ditanamnya mulai berkecambah dan tumbuh daun.
Pengalaman magangnya di Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia (Burung Indonesia), Kabupaten Pohuwato, memberinya kesempatan untuk menerapkan ilmu perkuliahan langsung di lapangan.
“Membuat bibit kakao sebenarnya tidak sulit, asalkan ada kemauan dan pengetahuan yang cukup. Yang terpenting, kita harus merawatnya dengan penuh kasih sayang,” ujar Alamsyah, Jumat (30/5/2025).
Tak hanya kakao, ia juga mempelajari budidaya durian secara intensif bersama masyarakat setempat. Bibit-bibit ini nantinya akan ditanam di lahan berlereng untuk memperkaya vegetasi sekaligus meningkatkan nilai ekonomi.
Alamsyah menuturkan, bahwa sistem agroforestri atau wanatani yang diterapkannya menggabungkan tanaman kakao dengan pohon peneduh seperti kelapa, durian, dan buah-buahan lain.
Sistem itu tidak hanya melindungi tanaman kakao dari terik matahari tetapi juga meningkatkan keanekaragaman hayati, mengurangi erosi tanah, dan meminimalkan ketergantungan pada pupuk kimia.
“Kakao lebih menguntungkan secara ekonomi dibandingkan jagung yang banyak ditanam petani. Agroforestri juga mendukung konservasi hutan, terutama di daerah penyangga kawasan lindung,” tambahnya. Jenis tanaman lain yang sering digunakan dalam sistem ini antara lain karet, cengkeh, kopi, jati, dan mahoni, serta tanaman pelindung seperti lamtoro dan kaliandra.
Ketua Program Studi Konservasi Hutan UNU Gorontalo-Ikraeni Safitri-menekankan pentingnya pembelajaran lapangan bagi mahasiswa.
“Ilmu dari kampus harus diimbangi dengan praktik nyata. Dengan begitu, lulusan kami tidak hanya memahami masalah tetapi juga mampu memberikan solusi,” ujarnya.
Ia berharap kolaborasi dengan lembaga seperti Burung Indonesia dapat terus ditingkatkan, sekaligus mendorong pemerintah untuk memperluas praktik agroforestri di desa-desa sekitar kawasan konservasi.
“Ini adalah langkah nyata UNU Gorontalo untuk menjadi perguruan tinggi unggulan di bidang konservasi hutan di Sulawesi,” tegas Ikraeni. (mcgorontaloprov)