- Oleh MC KOTA PROBOLINGGO
- Jumat, 29 Agustus 2025 | 22:42 WIB
: Pemkot Gelar Festival Hari Lingkungan Hidup 2025, Wali Kota Ajak Kurangi Sampah Plastik
Oleh MC KOTA PROBOLINGGO, Selasa, 17 Juni 2025 | 10:37 WIB - Redaktur: Pasha Yudha Ernowo - 113
Kanigaran, Infopublik – Di tengah krisis sampah global yang kian mengkhawatirkan, Pemerintah Kota Probolinggo menjawab tantangan dengan strategi nyata dan gerakan kolaboratif. Festival Hari Lingkungan Hidup yang digelar di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Maramis, Selasa (10/6/2025), menjadi momentum penting untuk menunjukkan bahwa Probolinggo tidak hanya peduli, tapi juga bertindak.
Mengusung tema “Gerak Asyik” (Gerakan Ayo Masyarakat Kurangi Sampah Plastik), kegiatan ini dihadiri oleh Wali Kota dr. Aminuddin, Sekda drg. Ninik Ira Wibawati, dan Kepala DLH Retno Wandansari, serta ratusan pelajar, pegiat lingkungan, dan komunitas warga. Lebih dari sekadar festival, acara ini adalah panggung edukasi, inovasi, dan aksi nyata melawan sampah plastik.
“Setiap hari dunia menghadapi 10 ton sampah plastik yang masuk ke laut. Jangan sampai kita hanya jadi penonton. Kita harus bergerak,” tegas Wali Kota Aminuddin dalam sambutannya.
Salah satu langkah strategis paling signifikan adalah rencana pengolahan sampah menjadi energi melalui teknologi RDF (Refuse Derived Fuel). RDF mengolah sampah menjadi bahan bakar alternatif, dan Kota Probolinggo tengah mempersiapkan kerja sama (MoU) dengan mitra swasta untuk mewujudkan sistem ini.
“Dengan RDF, kita targetkan dalam 10 tahun ke depan, sampah di TPA Anggrek bisa habis. Saat ini, warga buang 65 ton per hari. Dengan RDF, bisa berkurang hingga 100 ton,” ujar Aminuddin optimistis.
Pemerintah juga terus mendorong perubahan dari tingkat paling bawah. RW yang aktif menjalankan program 3R (Reduce, Reuse, Recycle) diberi penghargaan dan kendaraan operasional seperti Tosa. Untuk mendukung para pejuang kebersihan di lapangan, PT PLN Cabang Probolinggo menyerahkan rompi scotlight reflektif kepada penyapu jalan dan penebang pohon—sebuah bentuk nyata kolaborasi sektor publik dan swasta.
“Kami ingin Probolinggo bersolek. Dan kota yang cantik adalah kota yang bersih dari sampah,” tambah Wali Kota.
Festival ini juga jadi ajang unjuk kreativitas warga. Pelajar dari sekolah Adiwiyata tampil memukau dalam fashion show daur ulang sampah plastik, sementara bank sampah dan pelaku UMKM memamerkan produk ramah lingkungan seperti kerajinan, batik alam, hingga sabun organik.
Rangkaian lomba pun digelar: lomba kebersihan RW, taman tematik, mewarnai, melukis caping, dan pertunjukan musik akustik antar pelajar. Salah satu sorotan adalah keberhasilan RSUD Ar Rozy meraih Juara 1 Eco Office, berkat inovasi penghematan energi, biopori, dan pengelolaan bank sampah.
“Langkah kecil kami di rumah sakit bisa berkontribusi besar jika dilakukan bersama. Kami dukung program 100 hari kerja Wali Kota,” ujar Direktur RSUD dr. Abraar Kuddah.
Festival ini membuktikan bahwa upaya menjaga lingkungan bukan monopoli Dinas Lingkungan Hidup, tetapi butuh kolaborasi semua elemen: pemerintah, warga, pelajar, komunitas, hingga swasta. Turut hadir kepala sekolah Adiwiyata, eco-pesantren, kader Proklim, mitra swasta, hingga warga biasa yang aktif dalam gerakan lingkungan.
Wali Kota menutup acara dengan pesan kuat: “Kita mulai dari hal kecil. Bawa botol minum sendiri, kurangi plastik sekali pakai, dan jaga kebersihan lingkungan. Probolinggo tidak bisa bersih kalau hanya satu dua orang yang peduli. Kita harus gerak bersama.”
Dengan pendekatan yang terukur, kolaboratif, dan berbasis teknologi, Probolinggo tidak hanya memperingati Hari Lingkungan Hidup sebagai rutinitas tahunan, tapi sebagai langkah strategis menuju kota bebas sampah dan berkelanjutan.(dy/uby)