Probolinggo Luncurkan Kampung Gaharu, Strategi Lingkungan dan Ekonomi dalam Satu Gerakan

Kademangan, Infopublik – Di tengah upaya mengatasi krisis lingkungan dan menggairahkan sektor ekonomi hijau, Pemerintah Kota Probolinggo resmi meluncurkan “Kampung Gaharu” pada Selasa (10/6/2025) pagi. Bertempat di Perumahan Kerinci Asri, Kelurahan Pilang, Kecamatan Kademangan, program ini bukan sekadar simbolik peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, tapi langkah strategis menuju kemandirian ekonomi berbasis konservasi.

Peresmian dilakukan langsung oleh Wali Kota Probolinggo, dr. Aminuddin, ditandai dengan penanaman pohon gaharu jenis Aquilaria malaccensis—spesies bernilai tinggi yang dikenal sebagai penghasil resin aromatik untuk produk kosmetik, kesehatan, dan parfum premium.

Wali Kota dr. Amin menyampaikan bahwa Kampung Gaharu merupakan langkah awal menjadikan Kota Probolinggo sebagai pusat budidaya gaharu nasional. Dengan populasi sekitar 300 pelaku usaha gaharu aktif di kota ini, potensi ekonomi yang tersimpan sangat besar.

“Kota Probolinggo memiliki komunitas gaharu yang aktif. Ini saatnya kita angkat ke level yang lebih tinggi sebagai sentra gaharu Indonesia,” tegasnya.

Program ini juga masuk dalam kerangka pengembangan kawasan hijau produktif, yang tidak hanya menambah tutupan pohon kota tetapi juga menghadirkan nilai ekonomi berkelanjutan bagi masyarakat.

dr. Amin menegaskan bahwa pengembangan Kampung Gaharu selaras dengan visi besar Kota Probolinggo sebagai kota penyangga pelabuhan dan pusat transit kawasan timur Jawa. Dengan menanamkan nilai ekonomi pada lingkungan hidup, Kota Probolinggo memperkuat daya tariknya sebagai kota tujuan investasi berbasis ekonomi hijau.

“Kita bangun ekosistem investasi dari bawah. Dari kampung, dari warga, dari tanah. Gaharu bukan hanya tanaman, tapi prospek masa depan,” ujarnya.

Pemkot juga berencana memperluas penanaman gaharu ke area publik dan fasilitas pemerintah, termasuk sekolah, kantor dinas, dan lahan terbuka milik negara. Langkah ini sekaligus membentuk green belt produktif yang bisa dijadikan sarana edukasi dan wisata tematik.

Sebagai bentuk keterlibatan lintas sektor, kegiatan ini dilanjutkan dengan penyerahan bibit gaharu kepada perwakilan dari berbagai lembaga seperti BKSDA, Dinas KUMKM Perdagangan, SMKN 2 Probolinggo, dan MAN 2 Probolinggo. Penyerahan ini bukan hanya seremonial, melainkan komitmen untuk menjadikan gaharu sebagai bagian dari kurikulum hidup warga kota.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Probolinggo, Retno Wandansari, mengungkapkan bahwa gaharu dipilih karena memiliki nilai ekologi tinggi dan nilai pasar yang menggiurkan. Di pasar global, 1 kilogram resin gaharu bisa bernilai jutaan rupiah, tergantung kualitas.

“Kami ingin warga Probolinggo tidak hanya menanam, tapi juga belajar memanen dan mengelola gaharu sebagai sumber ekonomi baru yang lestari,” jelasnya.

Dengan usia panen mencapai 6–10 tahun, gaharu merupakan investasi jangka menengah yang menjanjikan. Kota Probolinggo menjadi pionir karena memadukan pendekatan pelestarian lingkungan dengan pendekatan ekonomi mikro berbasis masyarakat.

Wali Kota berharap ke depan, kawasan seperti Kampung Gaharu akan memunculkan unit usaha berbasis gaharu, baik dalam bentuk koperasi, produk turunan, maupun pusat pelatihan budidaya dan pengolahan gaharu.

Dengan peluncuran Kampung Gaharu, Probolinggo tidak hanya merespons Hari Lingkungan Hidup dengan seremoni, tapi juga membangun warisan ekologis yang bernilai ekonomi. Kota ini menanam masa depan—secara harfiah dan strategis—melalui langkah nyata dari akar rumput. (dp/pin)