- Oleh MC KOTA PROBOLINGGO
- Jumat, 29 Agustus 2025 | 22:42 WIB
: Upacara Adat Yadnya Kasada, Wali Kota Aminuddin-Wawali Ina Dikukuhkan sebagai Warga Kehormatan Sesepuh Tengger
Oleh MC KOTA PROBOLINGGO, Selasa, 17 Juni 2025 | 11:00 WIB - Redaktur: Pasha Yudha Ernowo - 215
Probolinggo, Infopublik — Di tengah dinginnya udara pegunungan dan khidmatnya suasana adat, momen bersejarah tercipta. Wali Kota Probolinggo, dr. Aminuddin, bersama Wakil Wali Kota Ina Dwi Lestari, resmi dianugerahi gelar Warga Kehormatan Sesepuh Masyarakat Tengger dalam rangkaian Upacara Adat Yadnya Kasada, Selasa (10/6/2025) di Pendopo Agung Sukapura, Kabupaten Probolinggo.
Pengukuhan ini bukan sekadar seremoni simbolis, melainkan pengakuan budaya atas dedikasi dan komitmen tokoh-tokoh strategis terhadap pelestarian adat, lingkungan, dan spiritualitas masyarakat Suku Tengger—salah satu komunitas adat tertua di Jawa Timur yang hidup di lereng Gunung Bromo.
Dalam prosesi yang dipimpin langsung oleh Ketua Paruman Dukun Pandhita, selendang kuning disematkan sebagai lambang kehormatan kepada 13 tokoh nasional dan daerah. Wali Kota Aminuddin tampil mengenakan busana adat Tengger berwarna hitam dengan udeng batik biru khas Kota Probolinggo, sebagai wujud penghormatan sekaligus penanda integrasi dirinya ke dalam keluarga besar Tengger.
“Ini bukan sekadar penghargaan, tapi amanah budaya yang harus dijaga sepenuh hati. Kami merasa terhormat menjadi bagian dari warisan luhur ini,” ujar dr. Aminuddin usai prosesi.
Penerima gelar kehormatan lainnya meliputi tokoh penting seperti Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon, Plh Gubernur Jatim Emil Dardak, Bupati Probolinggo Gus Haris, dan tokoh lainnya yang selama ini aktif mendukung pelestarian budaya lokal dan pembangunan berbasis kearifan tradisional.
Upacara ini merupakan bagian dari ritual tahunan Yadnya Kasada, salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang sarat makna spiritual dan sosial. Masyarakat Tengger meyakini bahwa upacara ini adalah bentuk penghormatan kepada leluhur dan alam semesta, serta sarana menjaga keseimbangan hidup.
Ketua Paruman Dukun Pandhita menegaskan bahwa gelar kehormatan ini adalah "titah budaya", bukan semata tanda jasa. “Kami memilih mereka yang benar-benar punya kontribusi nyata. Harapannya, para warga kehormatan ini bisa menjadi penghubung antara masyarakat adat dan pemerintah demi masa depan Tengger yang lestari,” tegasnya.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan bahwa pelestarian budaya adalah fondasi dari keberlanjutan pembangunan. “Kita tidak bisa membangun masa depan tanpa memahami akar kebudayaan kita sendiri. Tengger adalah aset nasional,” ujarnya.
Wali Kota Aminuddin sendiri telah menunjukkan konsistensi dalam mengintegrasikan nilai-nilai budaya ke dalam kebijakan pemerintahannya. Dukungan terhadap pariwisata adat, konservasi lingkungan, serta pendidikan berbasis budaya telah menjadi bagian dari visinya dalam memajukan Kota Probolinggo sebagai kawasan transit yang berkarakter dan berakar kuat pada lokalitas.
Dengan resmi menjadi Warga Kehormatan Masyarakat Tengger, Wali Kota Aminuddin tidak hanya mengukuhkan jalinan emosional dan kultural dengan masyarakat adat, tetapi juga membuka jalur strategis kerja sama lintas wilayah dan lintas nilai. Pengakuan ini memberi peluang besar bagi Kota Probolinggo untuk menjadi mitra utama dalam pelestarian budaya dan pengembangan ekowisata berbasis adat di kawasan Bromo-Tengger.
“Kami siap menjaga amanah ini. Budaya dan pemerintahan bisa berjalan beriringan, saling menguatkan,” pungkas dr. Aminuddin.
Peristiwa ini menandai perpaduan harmonis antara kekuasaan administratif dan kearifan lokal. Di era modernisasi yang sering kali mengikis akar tradisi, langkah ini menjadi bukti bahwa pemerintahan yang bijak adalah yang mampu menghormati dan merawat warisan leluhur.
Gelar Warga Kehormatan bukanlah akhir, tapi awal dari perjalanan baru yang lebih menyatu antara Probolinggo dan Tengger, antara pemimpin dan rakyat, antara pembangunan dan budaya. (yul/pin)