- Oleh MC PROV GORONTALO
- Sabtu, 30 Agustus 2025 | 17:12 WIB
: Satuan Unit Organisasi Pengelola (SUOP) Kawasan Konservasi Perairan Teluk Gorontalo Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Gorontalo bersam BPSPL MAkassar melakukan monitoring biofisik di Perairan Botubarani, Minggu (15/6/2025). (foto Dok. DKP Gorontalo)
Oleh MC PROV GORONTALO, Senin, 16 Juni 2025 | 09:04 WIB - Redaktur: Eko Budiono - 282
Bone Bolango, InfoPublik – Satuan Unit Organisasi Pengelola (SUOP) Kawasan Konservasi Perairan Teluk Gorontalo Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Gorontalo kembali melanjutkan kegiatan serupa di Perairan Desa Botubarani Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango, Minggu (15/6/2025).
Sebelumnya, DKP Gorontalo melakukan monitoring biofisik di Perairan Biluhu Timur pada pekan pertama Juni 2025.
Kegiatan monitoring itu dilaksanakan bersama Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar Wilayah Kerja Gorontalo.
Monitoring itu menggunakan metode penyelaman (diving underwater) menyusuri area Zona Interaksi Hiu Paus hingga Zona Inti dalam Kawasan Konservasi Perairan Teluk Gorontalo sejauh 500 meter.
Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Bidang Pengelolaan Ruang Laut dan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PRL dan PSDKP), Hartaty Isima, menegaskan kegiatan itu bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi fisik dan biologi perairan.
"Monitoring biofisik merupakan salah satu instrumen penting dalam mengevaluasi efektivitas pengelolaan kawasan konservasi. Fokus utama kami meliputi kondisi habitat, sumber daya ikan, kualitas air, serta keanekaragaman hayati di wilayah konservasi," kata Hartaty Isima.
Kegiatan itu melibatkan personel dengan kualifikasi dan kompetensi penyelaman bawah laut. S
alah satunya adalah Kusbian Indradi JF, Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir (PELP) Ahli Muda yang juga anggota SUOP Kawasan Konservasi Perairan Teluk Gorontalo.
Kusbian mengatakan, bahwa kondisi perairan saat pelaksanaan monitoring cukup menantang.
“Saat kegiatan monitoring, kondisi laut cukup berombak dengan visibilitas hanya sekitar 5–6 meter. Ini tentunya menjadi tantangan tersendiri, namun dengan keahlian yang dimiliki tim penyelam, proses pengamatan tetap bisa dilakukan secara optimal,” ujar Kusbian yang memiliki sertifikasi PADI Rescue Diver dan juga aktif dalam dokumentasi bawah laut (underwater photography).
Ia mengatakan, kondisi umum terumbu karang di perairan Botubarani didominasi oleh karang keras jenis Porites dan Acropora, serta soft coral.
"Kami juga menjumpai koloni foliose, sponge, anemon, dan beberapa area dengan substrat lumpur serta batang pohon yang kemungkinan terbawa banjir. Di beberapa lokasi terdapat formasi karang besar yang menjulang tinggi membentuk struktur ‘pinnacle’, yang menunjukkan keunikan struktur habitat laut di kawasan ini,” tutur Kusbian.
Perairan Desa Botubarani merupakan area penting dalam Kawasan Konservasi Teluk Gorontalo sekaligus destinasi wisata minat khusus Hiu Paus.
Hasil monitoring itu akan menjadi masukan strategis dalam perumusan kebijakan pengelolaan yang mempertimbangkan aspek konservasi ekologis sekaligus ekonomi berkelanjutan yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat.
Dengan pelaksanaan monitoring biofisik itu, DKP Provinsi Gorontalo menunjukkan komitmennya dalam menjaga kelestarian kawasan konservasi laut sekaligus mendorong pemanfaatan sumber daya pesisir yang berkelanjutan untuk generasi mendatang. Kegiatan ini semakin memperkuat komitmen Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail dan Wagub Idah Syahidah Rusli Habibie untuk menguatkan kawasan konservasi laut di Teluk Gorontalo. (mcgorontaloprov/yanto)