- Oleh MC KAB MALUKU TENGGARA
- Rabu, 27 Agustus 2025 | 19:07 WIB
: Sekolah Lapang Pertanian di Dusun Jagalan, Margodadi, Senin (16/6/2025)/ MC Sleman.
Oleh MC KAB SLEMAN, Selasa, 17 Juni 2025 | 19:36 WIB - Redaktur: Jhon Rico - 142
Sleman, InfoPublik- Budidaya bawang merah mulai dilirik sebagai peluang strategis untuk meningkatkan kesejahteraan petani di Sleman. Kalurahan Margodadi, Kapanewon Seyegan, menjadi pelopor dengan meluncurkan program Sekolah Lapang Budidaya Bawang Merah yang diharapkan mampu mengoptimalkan potensi hortikultura wilayah setempat.
Dengan pengelolaan yang serius, bawang merah diyakini dapat menjadi sumber penghasilan baru yang menjanjikan.
"Budidaya bawang merah dapat menjadi alternatif yang menguntungkan bagi petani, sekaligus meningkatkan kesejahteraan mereka. Potensi ekonominya besar, dan bisa dikembangkan secara swadaya," ujar Panewu Seyegan, Agung Indarto saat membuka kegiatan Sekolah Lapang di Dusun Jagalan, Margodadi, Senin (16/6/2025).
Program ini melibatkan 25 peserta dari Kelompok Tani Sapto Dadi, yang mengikuti pelatihan dengan sistem praktik langsung di lahan seluas 7.000 meter persegi. Mereka mendapatkan pendampingan dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan tenaga ahli dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) DIY.
Proses pelatihan mencakup seluruh tahapan budidaya, mulai dari persiapan lahan, pemilihan benih unggul, penanaman dengan jarak tanam ideal dan sistem bedengan, hingga pemupukan dasar yang sesuai.
Peserta juga diajarkan teknik pemeliharaan seperti penyiangan rutin, pemupukan berimbang, serta pengamatan agroekosistem untuk mendeteksi hama dan penyakit tanaman.
"Dengan tata cara budidaya yang benar dan didukung teknologi ramah lingkungan, kami yakin bawang merah bisa menjadi komoditas unggulan baru Sleman," kata Agung.
Sementara itu, Staf BPTP DIY, Ridho Alif Fauzi, menekankan pentingnya pemanfaatan agen hayati seperti Trichoderma dan Pseudomonas fluorescens.
"Penggunaan bahan hayati secara berulang bisa memperkuat ‘bakteri baik’ di lahan, tanpa ketergantungan pada kimia sintetis. Ini langkah penting menuju pertanian berkelanjutan," jelas Ridho.
Tak hanya memberikan peningkatan pengetahuan, Sekolah Lapang ini juga diharapkan memberi dampak ekonomi nyata bagi petani.
PPL wilayah Margodadi, Subiyatno menyatakan, dengan produktivitas 8–10 ton per hektare dan harga jual rata-rata Rp15.000 per kilogram, potensi pendapatan mencapai Rp120–150 juta per musim panen.
"Jika satu petani bisa menghasilkan 8–10 ton bawang merah per hektare, dengan harga jual rata-rata Rp15.000 per kilogram, hasilnya bisa mencapai Rp120–150 juta per musim panen," kata Subiyatno.
Selain untuk konsumsi lokal, pengembangan pascapanen juga terbuka luas, baik dalam bentuk produk olahan seperti bawang goreng maupun peluang ekspor bawang kering.
Kegiatan Sekolah Lapang ini akan berlangsung hingga 4 Agustus 2025, dengan materi lanjutan mencakup manajemen risiko pertanian, standar mutu hasil panen, penguatan kelembagaan petani, serta strategi pemasaran berbasis pasar.
(Sutarto Agus/KIM Seyegan)