Fenomena Tarian Pacu Jalur, Momentum Emas Promosi Riau

Pekanbaru, InfoPublik — Viral video seorang anak yang menari lincah di atas perahu pada ajang tradisi Pacu Jalur di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, mendapat perhatian luas di media sosial. Fenomena ini dinilai sebagai momentum penting untuk memperkenalkan budaya lokal ke panggung internasional.

Dosen Ilmu Budaya Universitas Lancang Kuning (Unilak), Hang Kafrawi, mengapresiasi fenomena tersebut. Menurutnya, ini membuktikan bagaimana media sosial dan kecanggihan teknologi dapat mengangkat nilai budaya hingga dikenal masyarakat global.

"Viralnya anak yang menari di Pacu Jalur ini luar biasa. Ini menunjukkan bagaimana media sosial dan teknologi mampu memperkenalkan budaya lokal ke kancah internasional," ujar Hang Kafrawi, melalui keterangan pers yang diterima pada Senin (7/7/2025).

Ia menilai, tren "Aura Farming" yang diusung dari tradisi Pacu Jalur bukan hanya menarik dari sisi budaya, tetapi juga membuka peluang besar bagi sektor pariwisata Riau.

"Fenomena ini sangat menarik, khususnya bagi pariwisata. Ini menjadi alat promosi yang efektif sehingga orang dari tempat jauh pun bisa mengetahui tradisi kita," jelasnya.

Lebih lanjut, Hang Kafrawi menekankan pentingnya memanfaatkan teknologi untuk mengemas tradisi agar tetap relevan dengan generasi masa kini. Ia menyebut bahwa Pacu Jalur memiliki nilai simbolik yang mendalam dan perlu disampaikan secara kreatif.

"Nilai-nilai budaya ini harus diangkat sesuai dengan konteks kekinian. Media sosial perlu dimanfaatkan betul, agar tradisi dapat dikemas dan dikembangkan terus," tambahnya.

Hang juga menegaskan bahwa Riau kaya akan budaya unik yang memiliki potensi besar untuk dikenal dunia. Tantangan ke depan adalah bagaimana masyarakat dan pemerintah daerah bersama-sama memanfaatkan teknologi untuk melestarikan dan mempromosikan tradisi.

"Kita kaya akan nilai budaya dan harus dikemas dengan teknologi. Fenomena ini membuktikan bahwa bahkan selebritas dunia pun bisa tertarik pada tradisi kita," ujarnya.

Menurutnya, inti dari fenomena ini adalah bagaimana keunikan budaya lokal dapat diangkat hingga ke media internasional. Dengan promosi yang kreatif dan berkelanjutan, Pacu Jalur diharapkan mampu menarik wisatawan, sekaligus memperkuat identitas budaya Melayu di kancah global.

"Sebenarnya, fokusnya adalah bagaimana keunikan ini bisa dikenal dunia. Alhamdulillah, kini tarian anak Pacu Jalur kembali terangkat," pungkasnya.

Senada, Kepala Dinas Pariwisata Riau, Roni Rakhmat, menyatakan rasa bangganya terhadap fenomena ini.

"Pacu Jalur adalah simbol kekuatan, kekompakan, dan kebanggaan masyarakat Kuansing," ujarnya.

Roni menilai viralnya Pacu Jalur membuktikan bahwa kearifan lokal Riau memiliki daya pikat universal dan mampu bersaing di panggung internasional.

"Fenomena ini momentum emas untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Riau dan Kuantan Singingi, sekaligus menumbuhkan kebanggaan masyarakat lokal terhadap budayanya sendiri," kata Roni dengan penuh harap.

Roni juga menegaskan bahwa Pacu Jalur telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda nasional oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

"Ini kebanggaan luar biasa bagi kami, khususnya masyarakat Kuansing. Ini membuktikan bahwa budaya lokal kita punya daya tarik universal dan dapat dikenal secara global," tambahnya.

Roni memprediksi kunjungan wisatawan ke Kuansing dan Riau akan meningkat signifikan pada 20–24 Agustus mendatang saat Festival Pacu Jalur digelar.

Sebagai informasi, Pacu Jalur bukan sekadar lomba mendayung perahu panjang tahunan. Dengan panjang perahu mencapai 25–40 meter dan diawaki 40–60 'anak pacu', termasuk penari 'Togak Luan', Pacu Jalur telah menjadi ikon budaya Kuantan Singingi, Riau.

(Mediacenter Riau/bib)