- Oleh MC KAB LUMAJANG
- Sabtu, 30 Agustus 2025 | 22:45 WIB
:
Oleh MC KAB LUMAJANG, Kamis, 10 Juli 2025 | 14:15 WIB - Redaktur: Tri Antoro - 21K
Lumajang, InfoPublik — Desa Tukum, Kabupaten Lumajang, membuktikan bahwa memperkuat sumber daya manusia (SDM) dapat dimulai dengan mendampingi anak-anak yang kehilangan orang tua. Melalui kegiatan inovatif, anak-anak diajak untuk tumbuh percaya diri dan berani meraih cita-cita, meskipun menghadapi keterbatasan.
Sebagai wujud dukungan, pemangku kepentingan di Desa Tukum menggelar kegiatan santunan bertajuk Bermain dan Berbagi Bahagia.
Kepala Desa Tukum, Susanto, menyampaikan bahwa kegiatan berlangsung penuh keakraban dan tawa. Di sana anak-anak diajak bermain, bercerita, serta menyusuri aliran sungai menggunakan ban pelampung yang erat kaitannya dengan metafora lembut tentang bagaimana kehidupan harus terus mengalir meski tanpa pendayung utama, yakni ayah atau ibu.
“Anak-anak yatim ini bukan objek belas kasihan. Mereka adalah subjek masa depan bangsa. Jika mereka kehilangan satu pelindung, maka negara, melalui desa, harus hadir mengisi ruang itu,” tegas Susanto di kawasan wisata alam Tumpak Selo, Kabupaten Lumajang, Kamis (10/7/2025).
Ia menekankan bahwa pembangunan desa tidak boleh hanya diukur dari keberhasilan fisik infrastruktur, tetapi juga dari keberhasilan merawat anak-anak yang rentan agar tumbuh dalam rasa aman dan cinta.
“Kalau kita bicara ketahanan bangsa, jangan lupa bahwa anak-anak yatim adalah bagian dari infrastruktur sosial kita. Merawat mereka sama dengan merawat fondasi masa depan Indonesia,” tambahnya.
Dalam kegiatan ini, setiap anak tidak diposisikan sebagai penerima pasif. Mereka dihormati, dilibatkan, dan disapa satu per satu. Tangan-tangan orang dewasa menggandeng mereka bukan hanya untuk membantu, tetapi juga untuk memastikan mereka tumbuh dalam pelukan sosial yang sehat.
“Tidak ada yang lebih menyedihkan daripada tumbuh dewasa dalam kesunyian. Tugas kita adalah memastikan tidak satu pun anak yatim merasa sendiri di negerinya sendiri,” ujar Susanto.
Kegiatan ini bukan sekadar menghadirkan kegembiraan sesaat, melainkan juga menanamkan nilai budaya desa yaitu bahwa desa adalah benteng pertama perlindungan anak. Dari Tukum, Tempeh, Kepuharjo, hingga Labruk dan Suko, gema solidaritas ini menyebar, menegaskan bahwa pembangunan sejati bukan hanya soal infrastruktur fisik, tetapi juga tentang membangun rumah sosial yang penuh kasih.
(MC Kab. Lumajang/KIM Tukum Mandiri/Andik/An-m)