- Oleh MC KAB ACEH JAYA
- Sabtu, 30 Agustus 2025 | 18:04 WIB
:
Oleh MC KAB LUMAJANG, Senin, 14 Juli 2025 | 07:41 WIB - Redaktur: Tri Antoro - 17K
Lumajang, InfoPublik — Perayaan piwadalan atau hari jadi Pura Mandhara Giri Semeru Agung di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, membuktikan bahwa warisan budaya dapat menjadi penggerak ekonomi lokal.
Ajang tahunan ini berkembang menjadi ruang ekonomi inklusif yang menggerakkan sektor UMKM dan memperkuat ekosistem ekonomi di tingkat desa.
Momentum keagamaan tersebut turut diwarnai dengan aktivitas perdagangan lokal, khususnya oleh para pelaku UMKM yang menjual produk khas Lumajang seperti keripik singkong, rengginang, ting-ting jahe, kain batik, dan aksesori etnik.
“Di depan itu ada pasar, pusat oleh-oleh UMKM. Ada yang dari Senduro, juga dari luar daerah seperti Bandung dan Malang. Ini jadi kesempatan besar bagi UMKM Lumajang,” ujar Pengurus Harian Pura Mandhara Giri Semeru Agung, Wira Dharma, di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Minggu (13/7/2025).
Wira menekankan bahwa piwadalan kini tidak hanya memperkuat identitas spiritual umat Hindu, tetapi juga menjadi titik pertumbuhan interaksi ekonomi yang partisipatif. Desa tidak lagi hanya sebagai ruang ritual, melainkan sebagai ekosistem ekonomi terbuka yang dinamis.
“Dulu perputaran ekonomi hanya di warga sekitar. Sekarang ada interaksi lebih luas. Desa jadi tempat jual beli, kolaborasi, bahkan peluang investasi. Ini ruang pertumbuhan yang nyata,” lanjutnya.
Tak hanya itu, warga yang menyediakan lahan parkir, penginapan sederhana, dan fasilitas umum juga merasakan dampak positif secara ekonomi. Perayaan ini dinilai sebagai model ekonomi rakyat berbasis budaya yang patut dikembangkan lebih lanjut.
Melihat potensi ini, pengurus pura berharap pemerintah daerah dapat melakukan penataan kawasan sekitar pura dengan menyediakan ruang pamer tetap bagi UMKM, serta membangun infrastruktur pendukung yang mampu menopang pertumbuhan ekonomi lokal.
“Kalau diberi ruang yang layak, pelaku UMKM desa bisa naik kelas. Kita ingin dari tradisi lahir transformasi. Piwadalan memberi panggungnya,” kata Wira Wira.
(MC Kab. Lumajang/Ard/An-m)