- Oleh MC KAB BATANG
- Jumat, 29 Agustus 2025 | 10:20 WIB
: Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo Anang S. Otoluwa (tengah) saat membuka Pelatihan Advance Cardiac Life Support (ACLS) pada Senin (21/07/2025) bertempat di Grand Q Hotel Kota Gorontalo. (foto MD)
Oleh MC PROV GORONTALO, Rabu, 23 Juli 2025 | 10:47 WIB - Redaktur: Eko Budiono - 133
Kota Gorontalo, InfoPublik – Menyikapi tingginya angka kematian jantung baik secara global maupun nasional, Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo mengambil langkah strategis dengan menyelenggarakan pelatihan ACLS (Advance Cardiac Life Support).
Kegiatan yang secara resmi dibuka oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, dr. Anang S. Otoluwa, pada Senin (21/7/2025) di Grand Q Hotel Kota Gorontalo itu bertujuan meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan, terutama dokter di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes), dalam menangani kegawatdaruratan kardiovaskular.
Anang menegaskan besarnya ancaman penyakit jantung dan pembuluh darah.
"Penyakit kardiovaskular tetap menjadi pembunuh nomor satu di dunia dan di Indonesia. Data WHO menunjukkan lebih dari 17,8 juta kematian global setiap tahunnya, sementara di dalam negeri angkanya mencapai sekitar 651.481 jiwa per tahun," papar Anang.
Ia menyatakan, stroke dan penyakit jantung koroner merupakan kontributor terbesar, dengan stroke saja merenggut lebih dari 331 ribu nyawa di Indonesia berdasarkan data Kemenkes 2023.
Anang juga mengungkapkan keprihatinannya atas tingginya prevalensi penyakit jantung di kalangan usia produktif Indonesia (1,5% populasi atau 2,7 juta jiwa menurut Riskesdas 2018), terutama pada kelompok usia 55-64 tahun.
Di tingkat lokal, data skrining jantung Gorontalo tahun 2024 hingga Juni 2025 menunjukkan sekitar 2% dari warga yang diskrining (689 orang dari total 69.029 skrining) terdiagnosis penyakit jantung.
"Faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, obesitas, merokok, kurang aktivitas fisik, dan pola makan tidak sehat masih menjadi tantangan besar yang berkontribusi pada tingginya kasus ini," tegas Anang.
Menurut Anang, pelatihan ACLSi merupakan komitmen nyata pemerintah daerah dalam menyiapkan dokter yang tanggap dan terampil menyelamatkan nyawa pasien henti jantung serta kegawatdaruratan kardiovaskular lain yang membutuhkan tindakan cepat dan tepat.
"Keterampilan ACLS sangat krusial karena penanganan awal di fasyankes, terutama yang bukan rumah sakit jantung, seringkali menjadi penentu hidup-mati pasien," ujarnya.
Kegiatan itu diikuti oleh puluhan tenaga medis (dokter) dari 25 Puskesmas yang tersebar di empat wilayah: Kota Gorontalo (2 Puskesmas), Kabupaten Gorontalo Utara (6 Puskesmas), Kabupaten Gorontalo (11 Puskesmas), dan Kabupaten Bone Bolango (6 Puskesmas).(mcgorontaloprov/md/ilb/nancy)