- Oleh Juli
- Selasa, 19 Agustus 2025 | 14:44 WIB
:
Oleh MC PROV KALIMANTAN BARAT, Rabu, 23 Juli 2025 | 21:28 WIB - Redaktur: Untung S - 168
Jakarta, InfoPublik – Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) menyambut positif peluncuran Program Akselerasi Peningkatan Akses dan Mutu Pendidikan Tenaga Medis oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek).
Sekretaris Daerah Kalimantan Barat, Harisson, yang hadir langsung dalam peluncuran di Aula Gedung Kemdiktisaintek RI (22/7/2025), menegaskan komitmen daerah untuk mendukung program strategis itu guna menjawab tantangan kekurangan 409 dokter spesialis di rumah sakit daerah (RSUD).
Program itu dirancang sebagai terobosan untuk mempercepat pemerataan dokter spesialis Indonesia, sekaligus meningkatkan kualitas pendidikan tenaga medis.
Menteri Kemdiktisaintek, Brian Yuliarto, menekankan bahwa kebijakan itu selaras dengan AstaCita Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, khususnya dalam penguatan sistem kesehatan berbasis akademik.
“Pendidikan tinggi harus berorientasi pada akses, mutu, relevansi, dan dampak. Kita perlu percepat produksi dokter spesialis berkualitas serta hilirisasi riset untuk layanan kesehatan yang lebih baik,” ujarnya.
Kolaborasi Nasional untuk Percepatan Produksi Dokter
Kemdiktisaintek telah membentuk Satgas Khusus yang berfokus pada tiga strategi utama yakni penambahan prodi dan kuota mahasiswa dokter spesialis melalui kemitraan dengan 136 Fakultas Kedokteran (FK), termasuk 25 FK yang telah menjalankan 358 prodi spesialis.
Kemudian penempatan residen senior di Rumah Sakit Pendidikan (RSP) prioritas, serta penguatan kemitraan dengan pemda, kementerian/lembaga, dan stakeholder terkait.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin turut menegaskan urgensi reformasi paradigma pendidikan kedokteran. “Isu pemerataan dokter spesialis tidak bisa ditunda. Kita butuh percepatan produksi dokter yang merata di seluruh Indonesia,” tegasnya.
Data Pemprov Kalbar mengungkap defisit besar tenaga medis spesialis di 22 RSUD yakni ebutuhan ideal: 595 dokter spesialis di 7 bidang kritis (Anak, Bedah, Penyakit Dalam, dll.).
Sedangkan kondisi saat ini, hanya ada 186 dokter spesialis yang tersedia, dengan kekurangan mencapai 409 dokter.
Sementara di RSUD Provinsi, masih kurang 7 dokter dari kebutuhan ideal 40 dokter spesialis.
Harisson menyatakan optimisme bahwa program ini akan menjadi solusi konkret. “Kami berharap akselerasi ini segera terwujud untuk meningkatkan layanan kesehatan masyarakat Kalbar, terutama di daerah terpencil,” katanya.
Melalui kolaborasi dengan Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI), Kemdiktisaintek menargetkan pembukaan 148 prodi baru dokter spesialis/subspesialis pada 2025-2026, kemitraan dengan 350+ rumah sakit serta peningkatan kuota mahasiswa menjadi 8.000 orang pada 2026, dengan proyeksi lulusan 6.000 dokter spesialis/tahun pada 2030.
Dengan tambahan 26 FK baru dan kuota mahasiswa FK nasional yang mencapai 18.000/tahun, Indonesia diproyeksikan menghasilkan 48.000 dokter pada 2025-2030—langkah krusial menuju penguatan sistem kesehatan nasional. (adpim-Nzr)