Senduro Berdenyut: Piodalan Jadi Penggerak Ekonomi Warga

:


Oleh MC KAB LUMAJANG, Jumat, 25 Juli 2025 | 10:02 WIB - Redaktur: Tri Antoro - 3K


Lumajang, InfoPublik – Di lereng Gunung Semeru yang tenang, tepatnya di Desa Senduro, Kabupaten Lumajang, perayaan Piodalan di Pura Mandhara Giri Semeru Agung kembali menjadi magnet spiritual dan penggerak ekonomi masyarakat. Tidak hanya menjadi perayaan keagamaan bagi umat Hindu, kegiatan sakral yang berlangsung selama 11 hari itu turut menghidupkan denyut ekonomi lokal.

Sejak 10 hingga 21 Juli 2025, lebih dari 15.000 peziarah dan pengunjung memadati kawasan pura. Kedatangan mereka dari berbagai daerah seperti Bali, Banyuwangi, Jember, hingga luar Pulau Jawa menjadikan Senduro tidak hanya sebagai pusat spiritual, tetapi juga sebagai pasar yang dinamis.

Supri, salah seorang pedagang camilan khas Senduro, mengungkapkan lonjakan pendapatan yang signifikan selama Piodalan. “Biasanya paling Rp300 ribu per hari. Namun, selama Piodalan bisa mencapai Rp2 juta per hari,” ujarnya, Kamis (24/7/2025).

Dengan total penghasilan selama 11 hari mencapai lebih dari Rp20 juta, Supri tidak sendiri. Puluhan pedagang lainnya pun turut merasakan berkah serupa, terutama yang menjual kerajinan tangan, minuman herbal, dan pakaian adat di stan-stan UMKM yang berjajar di sekitar pura.

Warga juga memanfaatkan momentum ini dengan membuka lapak-lapak dadakan di pekarangan rumah, warung kopi, tenda makan, hingga jasa penitipan sandal. Tidak sedikit remaja desa yang turut berperan dengan menawarkan jasa parkir kendaraan dan antar-jemput peziarah.

Selain sektor perdagangan, layanan penginapan turut menikmati peningkatan signifikan. Homestay atau rumah inap warga menjadi pilihan utama karena keterbatasan fasilitas hotel di wilayah tersebut. Salah satunya milik Riki, warga Dusun Sumbersari, yang menyebut seluruh 20 kamar miliknya terisi penuh sejak hari pertama perayaan.

“Tarif rata-rata Rp150 ribu per malam. Selama Piodalan total bisa mencapai Rp35 juta,” kata Riki.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang, Yuli Harismawati, menyampaikan bahwa jumlah kunjungan tahun ini meningkat sekitar 30 persen dibanding tahun sebelumnya. "Perputaran uang di sektor informal desa diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah," ujarnya.

Piodalan ini membuktikan bahwa tradisi dan spiritualitas dapat bersinergi dengan kekuatan ekonomi lokal. Ketika tradisi dijaga dan dilaksanakan secara kolektif, manfaatnya mampu dirasakan hingga ke pelosok desa. Momentum ini menunjukkan pentingnya harmoni antara agama, budaya, dan ekonomi dalam memperkuat ketahanan sosial masyarakat desa.

(MC Kab. Lumajang/Ard/An-m)

 

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh MC KAB ACEH JAYA
  • Sabtu, 30 Agustus 2025 | 18:04 WIB
Pemkab Aceh Jaya Raih Serambi Ekraf Awards 2025
  • Oleh MC KAB LUMAJANG
  • Sabtu, 30 Agustus 2025 | 22:45 WIB
Pangan Murah di Lumajang: Simbol Kemerdekaan Ekonomi untuk Rakyat
  • Oleh MC KAB LUMAJANG
  • Sabtu, 30 Agustus 2025 | 10:15 WIB
Komitmen Wabup Lumajang: Bangun Budaya Aman dan Guyub Rukun di Desa
  • Oleh MC KAB LUMAJANG
  • Jumat, 29 Agustus 2025 | 20:29 WIB
Siswa SLB Lumajang Buktikan Keterbatasan Bukan Halangan untuk Berprestasi
  • Oleh MC KAB LUMAJANG
  • Jumat, 29 Agustus 2025 | 20:29 WIB
Trantibum Adalah Fondasi Pembangunan dan Kesejahteraan
  • Oleh MC KAB LUMAJANG
  • Jumat, 29 Agustus 2025 | 05:08 WIB
Penyuluh KUA Rowokangkung Harumkan Nama Lumajang di Ajang Penais Award 2025
  • Oleh MC KAB LUMAJANG
  • Jumat, 29 Agustus 2025 | 05:03 WIB
WBS Jadi Mekanisme Penting, Pemkab Lumajang Perkuat Pengawasan Gratifikasi
  • Oleh MC KAB LUMAJANG
  • Jumat, 29 Agustus 2025 | 05:01 WIB
Sinergi Tiga Elemen, Wujudkan Generasi Muda Cerdas dan Berkeadaban
-->