- Oleh MC KAB MALUKU TENGGARA
- Sabtu, 30 Agustus 2025 | 23:27 WIB
: Dwi Alwi Astuti Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo bersama Plt Asisten Ekonomi dan Pembangunan Setda Provinsi Gorontalo saat mengumumkan inflasi. (foto RAA)
Oleh MC PROV GORONTALO, Jumat, 1 Agustus 2025 | 20:58 WIB - Redaktur: Eko Budiono - 510
Kota Gorontalo, InfoPublik – Provinsi Gorontalo mencatatkan inflasi yang signifikan pada bulan Juli 2025. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo mengumumkan terjadinya kenaikan harga bulanan (month-to-month/m-to-m) sebesar 1,34 persen.
Kenaikan itu menunjukkan tekanan harga yang cukup besar dalam waktu singkat.
Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala BPS Provinsi Gorontalo, Dwi Alwi Astuti, bersama Plt. Asisten Ekonomi dan Pembangunan Setda Provinsi Gorontalo, menyampaikan bahwa secara umum harga berbagai komoditas di Gorontalo mengalami peningkatan pada Juli 2025.
Secara tahunan (year-on-year/y-on-y), inflasi mencapai 3,12 persen. Hal ini terlihat dari kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 105,86 pada Juli 2024 menjadi 109,16 pada Juli 2025. Sementara itu, inflasi akumulatif sejak awal tahun (year-to-date/y-to-d) berada di level 2,40 persen.
"Provinsi Gorontalo mengalami inflasi month to month (m-to-m) sebesar 1,34 persen dan inflasi year to date (y-to-d) sebesar 2,40 persen," kata Dwi Alwi, pada pengumuman resmi, Jumat (1/8/2025).
Inflasi tahunan sebesar 3,12 persen tersebut didorong oleh kenaikan harga di delapan dari sebelas kelompok pengeluaran.
Kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang inflasi terbesar dengan kenaikan 7,16 persen secara tahunan, memberikan kontribusi 2,57 persen terhadap total inflasi y-on-y.
Kelompok lain yang juga mendorong inflasi antara lain perawatan pribadi dan jasa lainnya (naik 5,72 persen, kontribusi 0,42 persen), pendidikan (naik 2,19 persen, kontribusi 0,07 persen), serta penyediaan makanan dan minuman/restoran (naik 1,80 persen, kontribusi 0,12 persen).
Kelompok pakaian, kesehatan, transportasi, dan perumahan juga mengalami kenaikan lebih rendah.
Sebaliknya, tiga kelompok pengeluaran mengalami deflasi (penurunan harga) secara tahunan: perlengkapan dan peralatan rumah tangga (turun 3,20 persen, kontribusi deflasi -0,17 persen), informasi, komunikasi, dan jasa keuangan (turun 1,07 persen, kontribusi deflasi -0,05 persen), serta rekreasi, olahraga, dan budaya (turun 0,16 persen, kontribusi tidak signifikan.
Dwi Alwi merinci komoditas-komoditas yang memberikan sumbangan besar terhadap inflasi tahunan.
Di sektor pangan, beras, mie instan kering, berbagai jenis ikan (seperti layang/benggol, malalugis/sorihi, selar/tude), minyak goreng, kelapa, tomat, cabai rawit, bawang merah, dan santan jadi termasuk yang paling berpengaruh.
Selain itu, komoditas seperti kopi bubuk, rokok (SKM dan SPM), tarif air PAM, kendaraan (mobil dan sepeda motor), biaya pendidikan tinggi (akademi/perguruan tinggi), nasi dengan lauk, serta emas perhiasan juga berkontribusi signifikan terhadap kenaikan IHK.
Untuk inflasi bulanan (m-to-m) 1,34 persen, komoditas penyumbang utamanya juga didominasi bahan pangan seperti beras, ikan cakalang/sisik, ikan layang/benggol, ikan malalugis/sorihi, ikan selar/tude, cumi-cumi, tomat, daun bawang, dan bawang merah, ditambah lagi dengan biaya pendidikan tinggi (akademi/perguruan tinggi).
Sementara itu, komoditas yang memberikan andil deflasi baik tahunan maupun bulanan antara lain beberapa jenis ikan (mujair, tuna, asap, cakalang diawetkan), sayuran tertentu (kangkung, kacang panjang, daun bawang, kentang, ketimun, terong), makanan ringan/snack, daging ayam ras, produk susu dan teh, sabun, bensin, tarif transportasi online/udara, dan telepon seluler.
Kenaikan harga, terutama pada kelompok bahan makanan pokok dan jasa pendidikan, menjadi tantangan bagi daya beli masyarakat Gorontalo memasuki paruh kedua tahun 2025.(mcgorontaloprov)