- Oleh MC KAB LUMAJANG
- Sabtu, 30 Agustus 2025 | 22:45 WIB
:
Oleh MC KAB LUMAJANG, Rabu, 6 Agustus 2025 | 22:46 WIB - Redaktur: Tri Antoro - 576
Lumajang, InfoPublik - Ketua Yayasan Dharma Wanita Kabupaten Lumajang, Rahayu Agus Triyono, menegaskan bahwa pembelajaran pada anak usia dini tidak lagi cukup mengandalkan metode konvensional.
Guru PAUD perlu memahami filosofi belajar yang lebih mendalam, tidak hanya mengajar, tetapi membentuk pola pikir dan karakter anak sejak dini.
"Pembelajaran mendalam menekankan pentingnya proses, bukan hanya hasil. Guru harus menjadi fasilitator yang mampu membangkitkan rasa ingin tahu anak, bukan sekadar menyampaikan materi. Inilah arah baru pendidikan PAUD kita," ujar Rahayu di Graha Nagara Bhakti, Kantor BKD Lumajang Selasa (5/8/2025).
Menurutnya, di tengah arus globalisasi dan digitalisasi, PAUD Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menyiapkan generasi emas yang tidak hanya cerdas secara kognitif, tetapi juga kuat secara emosional, sosial, dan spiritual. Pendekatan pembelajaran mendalam mengintegrasikan nilai-nilai kehidupan ke dalam proses belajar, sehingga anak didorong untuk berpikir kritis, memahami sebab-akibat, mengeksplorasi lingkungan, dan berlatih mengambil keputusan sejak dini.
Bagi guru, metode ini menuntut perencanaan pembelajaran yang reflektif, evaluasi berbasis pengamatan menyeluruh, serta komunikasi aktif dengan orang tua.
Kegiatan pembinaan ini tidak hanya memuat paparan teori, tetapi juga diskusi praktik baik, simulasi kelas, dan pembahasan kasus nyata di lapangan. Materi disampaikan oleh narasumber berpengalaman di bidang PAUD dan pengembangan kurikulum.
Ketua Yayasan Dharma Wanita juga mengajak seluruh pihak, mulai dari guru, kepala sekolah, hingga orang tua, untuk bersinergi membangun ekosistem belajar yang berpihak pada anak. Ke depan, yayasan merencanakan pelatihan berbasis praktik dan pendampingan lapangan sebagai tindak lanjut program ini.
Sekretaris Yayasan Dharma Wanita Kabupaten Lumajang, Wiwit Widianingsih, menambahkan bahwa pihaknya berharap para guru kembali ke sekolah dengan semangat baru, menerapkan praktik pembelajaran yang lebih bermakna, partisipatif, dan kontekstual.
"Anak-anak butuh pendidikan yang hidup, bukan yang monoton," kata Wiwit.
(MC Kab. Lumajang/An-m)