- Oleh MC KAB LUMAJANG
- Sabtu, 30 Agustus 2025 | 22:45 WIB
:
Oleh MC KAB LUMAJANG, Rabu, 13 Agustus 2025 | 20:19 WIB - Redaktur: Tri Antoro - 25K
Lumajang, InfoPublik — Kabut pagi menyelimuti kaki Gunung Semeru, membalut hamparan kebun sayur dan stroberi yang berkilau oleh embun. Aroma kopi segar merayap di antara rumah-rumah warga, berpadu dengan kokok ayam dan tawa anak-anak yang berlarian di jalan desa. Inilah Senduro, sebuah kecamatan di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, yang kini bersiap tampil sebagai destinasi wisata unggulan nasional.
Dulu, Senduro dikenal sebagai persinggahan para pendaki menuju Mahameru. Kini, desa-desa di kawasan ini menjadi tujuan utama, menawarkan keindahan alam, jalur trekking di bawah rindang pepohonan, dan udara pegunungan yang menyegarkan.
Bupati Lumajang, Indah Amperawati, menegaskan bahwa potensi wisata Senduro sangat besar dan tersebar di hampir seluruh wilayah desa.
“Senduro ini wilayah yang berpotensi sebagai salah satu kota wisata. Hampir semua desanya punya potensi,” ujarnya pada Selasa (12/8/2025).
Di Desa Burno, susu kambing menjadi produk unggulan. Selain dikonsumsi segar, susu ini diolah menjadi yoghurt dan keju artisan yang mulai dipasarkan ke kota-kota besar. Sementara itu, Desa Kandangtepus menghadirkan pengalaman agrowisata, di mana pengunjung bisa memetik stroberi langsung dari kebun dan menikmati kopi khas lereng Semeru yang kaya cita rasa tanah vulkanik. Budaya lokal juga tetap terjaga dari mulai tarian rakyat, musik tradisional, dan kerajinan tangan dari bambu masih lestari.
Senduro menerapkan konsep wisata berbasis komunitas. Warga secara langsung terlibat dalam mengelola paket wisata, menjadi pemandu, hingga merawat jalur trekking. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip pariwisata berkelanjutan, karena manfaat ekonomi berputar di dalam desa.
Transformasi ini mencerminkan tren nasional. Data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mencatat jumlah desa wisata di Indonesia melonjak dari 1.200 pada 2021 menjadi lebih dari 3.000 pada 2024. Sebagian besar, termasuk Senduro, mengandalkan ekonomi kreatif seperti kuliner, kriya, dan fesyen sebagai nilai tambah.
Pemerintah daerah mengambil peran sebagai fasilitator. Program pelatihan pemasaran digital, sertifikasi pemandu wisata, hingga festival budaya rutin digelar untuk memperkuat kapasitas masyarakat.
“Yang luar biasa di Senduro bukan hanya alamnya, tapi semangat masyarakatnya,” puji Bupati Indah Amperawati.
Kolaborasi antarwarga pun kian kuat. Pemuda desa membangun jalur wisata sepeda yang melintasi kebun dan air terjun. Ibu-ibu PKK mengolah stroberi menjadi keripik dan memproduksi kopi dalam kemasan untuk oleh-oleh.
Agen perjalanan di Surabaya dan Bali mulai memasukkan Senduro dalam katalog destinasi mereka. Paket perjalanan biasanya mencakup kunjungan ke Air Terjun Tumpak Sewu, berkemah di Teras Semeru, lalu bermalam di desa dengan sarapan langsung dari hasil kebun warga.
Tak berhenti di situ, Senduro juga tengah mempersiapkan diri untuk masuk dalam kalender event nasional. Festival kopi, lomba masak kuliner desa, dan pertunjukan budaya dengan latar Gunung Semeru menjadi bagian dari agenda besar tahun mendatang.
“Senduro kini menjadi bukti bahwa desa tidak hanya menjadi penonton pembangunan, tetapi juga pelaku utama. Keberhasilannya menunjukkan bahwa dari lereng gunung, ekonomi dapat tumbuh, budaya tetap hidup, dan masyarakat berdaya,” kata Indah.
Joko Santoso, pengelola homestay lokal, mengatakan wisatawan yang menginap di homestay milik warga dapat ikut serta dalam aktivitas harian seperti memanen sayur, belajar menenun, hingga mendengar kisah-kisah desa dari para sesepuh.
“Dulu kami cuma lihat orang lewat menuju Semeru. Sekarang mereka tinggal, makan di warung kami, beli oleh-oleh,” tutur Joko Santoso, pengelola homestay lokal.
Kemudian, Siti Aisyah, seorang perajin anyaman, merasakan langsung manfaat dari kemajuan ini. “Wisata di sini bukan cuma foto-foto. Orang pulang bawa cerita,” ujarnya.
(MC Kab. Lumajang/Ard/An-m)