- Oleh MC PROV GORONTALO
- Rabu, 27 Agustus 2025 | 20:41 WIB
: Bimbingan teknis (Bimtek) respon cepat penanganan biota laut terdampar bagi kelompok masyarakat penggerak konservasi (Kompak) dan kelompok masyarakat pengawas (Pokmaswas) yang berada di Kawasan Konservasi Teluk Gorontalo. (foto Yanto)
Oleh MC PROV GORONTALO, Rabu, 20 Agustus 2025 | 10:25 WIB - Redaktur: Eko Budiono - 158
Kota Gorontalo, InfoPublik – Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar, Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan menggelar bimbingan teknis (Bimtek) respon cepat penanganan biota laut terdampar bagi kelompok masyarakat penggerak konservasi (Kompak) dan kelompok masyarakat pengawas (Pokmaswas) yang berada di Kawasan Konservasi Teluk Gorontalo.
Kegiatan digelar dalam rangka pelaksanaan Oceans for Prosperity Project – Laut untuk Kesejahteraan (Lautra) tahun anggaran 2025
Kegiatan itu berlangsung pada 19–21 Agustus 2025 di Hotel Melati Kota Gorontalo serta di perairan pesisir Desa Botubarani Kabupaten Bone Bolango.
Sebanyak 4 kelompok Kompak dan 9 kelompok Pokmaswas ikut ambil bagian dalam pelatihan tersebut.
Kepala BPSPL Makassar A Muhammad Ishak Yusma menyatakan, kegiatan itu merupakan bagian dari Proyek Lautra yang bertujuan meningkatkan pengelolaan kawasan konservasi perairan dan perikanan terumbu karang secara berkelanjutan.
“Proyek ini adalah inisiatif pemerintah Indonesia yang didukung Bank Dunia. Fokusnya melindungi ekosistem laut, termasuk terumbu karang, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir yang bergantung pada laut,” kata A Muhammad Ishak Yusma, Selasa (19/8/2025).
Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Gorontalo Sila N Botutihe mengatakan,Provinsi Gorontalo memiliki kawasan konservasi perairan yang tercantum dalam Perda RTRW Provinsi Gorontalo nomor 2 tahun 2024.
“Dari delapan kawasan, satu kawasan telah ditetapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan yaitu Kawasan Konservasi Perairan Teluk Gorontalo seluas 76.580,48 hektare,” kata Sila Botutihe.
Menurut Sila, peserta pelatihan dibekali materi terkait identifikasi jenis mamalia laut, penyebab terdamparnya, teknik evakuasi, pertolongan pertama, hingga prosedur penyelamatan sesuai standar operasional.
“Kegiatan ini juga bertujuan menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian biota laut yang dilindungi, sekaligus memperkuat peran aktif masyarakat dalam upaya konservasi,” tutur Sila
Sedangkan tujuh kawasan lainnya masih berstatus pencadangan oleh Gubernur dengan luas mencapai 82.551 hektare.
Kawasan Teluk Gorontalo juga merupakan habitat penting bagi biota laut yang dilindungi, terutama hiu paus yang menjadi ikon wisata bahari Gorontalo.
Selain itu, kawasan ini juga menjadi jalur migrasi mamalia laut seperti paus pembunuh (Orcinus orca), paus pilot (Globichephala), paus sperma kerdil (Kogia sima), serta lumba-lumba.
Sejumlah kasus mamalia laut terdampar sebelumnya juga pernah terjadi di Gorontalo, di antaranya paus pilot di Desa Tolotio pada 4 Januari 2020, paus sperma kerdil di Desa Botubarani pada 25 April 2024, serta ikan mola-mola di Pantai Tangga 2000 Kota Gorontalo pada 2 Desember 2024. (mcgorontaloprov/yanto)