- Oleh MC PROV GORONTALO
- Sabtu, 30 Agustus 2025 | 17:12 WIB
: Tity Iriani Datau Kepala Bidang Riset dan Inovasi Bapppeda Provinsi Gorontalo saat membuka seminar proposal penelitian pendidikan. (foto RAA)
Oleh MC PROV GORONTALO, Senin, 25 Agustus 2025 | 21:36 WIB - Redaktur: Eko Budiono - 390
Kota Gorontalo, InfoPublik - Badan Perencanaan, Penelitian dan Pembangunan Daerah (Bapppeda) Provinsi Gorontalo mendorong penyusunan strategi konkret untuk mengatasi persoalan anak putus sekolah di tingkat menengah atas.
Hal itu terungkap dalam Seminar Proposal Riset yang digelar untuk menjawab kekhawatiran atas hilangnya ribuan lulusan SMP setiap tahunnya dari sistem pendidikan.
Ketua Tim Peneliti, Muchtar Ahmad, memaparkan data yang mencengangkan.
Dari sekitar 27 ribu siswa yang lulus SMP/sederajat setiap tahun, hanya sekitar 15 ribu yang melanjutkan ke jenjang SMA/sederajat.
Artinya, terdapat selisih sekitar 12 ribu anak yang diduga kuat putus sekolah dan tidak melanjutkan pendidikan.
“Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, tingkat kemiskinan di Provinsi Gorontalo masih menjadi perhatian serius. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2025 menunjukkan angka kemiskinan daerah ini mencapai 13,87 persen, masih jauh di atas rata-rata nasional yang sebesar 9,36 persen,” ujar Muchtar dalam seminar yang digelar pada Senin (25/8/2025).
Kondisi ekonomi keluarga itu dinilai sebagai faktor pendorong utama anak tidak dapat melanjutkan sekolah.
Muchtar membeberkan sejumlah kerugian, mulai dari kerugian individu dimana anak kehilangan kesempatan meningkatkan kualitas hidup, terhambatnya pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Gorontalo secara menyeluruh, hingga potensi memperkuat lingkaran kemiskinan antargenerasi.
"Anak yang putus sekolah rentan terseret dalam lingkaran kemiskinan, berkurangnya keterampilan dan wawasan, serta peluang kerja yang terbatas,” tegasnya.
Persoalan itu juga tercermin dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Gorontalo yang, meskipun terus mengalami kenaikan, masih berada di bawah angka nasional.
IPM Gorontalo tercatat sebesar 72,01, sementara IPM nasional berada di angka 75,02. Selisih ini menunjukkan masih adanya ruang untuk peningkatan di sektor-sektor kunci, termasuk pendidikan.
Namun, Muchtar juga menekankan bahwa kemiskinan bukanlah satu-satunya faktor. Pola pikir orang tua dan kondisi masyarakat sekitar juga turut berperan dalam memutuskan apakah seorang anak akan melanjutkan sekolah atau tidak.
Riset yang dilakukan oleh tim yang juga beranggotakan Rustam Tohopi dan Mahyudin Humalanggi, itu bertujuan untuk mengidentifikasi masalah inti, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi, serta memformulasikan strategi penanggulangan yang tepat sasaran, khususnya melalui penanganan faktor ekonomi keluarga.
Kepala Bidang Riset dan Inovasi Bapppeda Provinsi Gorontalo, Tity Iriani Datau, yang membuka seminar tersebut, menegaskan bahwa hasil kajian nantinya bersifat implementatif dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
“Hasilnya akan menjadi data yang digunakan Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail dan Wagub Idah Syahidah untuk mengambil keputusan,” kata Tity.(mcgorontaloprov)