Presiden RI: Proklamasi 1945 Tonggak Kedaulatan Bangsa

: Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pidato dalam Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR-DPD RI Tahun 2025 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (15/8/2025). ANTARAFOTO/Dhemas Reviyanto/app/rwa.


Oleh Tri Antoro, Jumat, 15 Agustus 2025 | 12:09 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 255


Jakarta, InfoPublik — Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menegaskan bahwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 menjadi tonggak sejarah yang menandai perjuangan panjang bangsa Indonesia untuk berdiri di atas kaki sendiri.

Pernyataan tersebut ia sampaikan dalam pidato kenegaraan pada Sidang Tahunan MPR RI serta Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI Tahun 2025 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (15/8/2025).

“Setelah deklarasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, bangsa kita berperang selama lima tahun, baik dengan senjata maupun diplomasi, hingga akhirnya kedaulatan kita benar-benar dapat direbut dan diakui pada tahun 1949,” kata Presiden Prabowo.

Ia menegaskan, kemerdekaan yang diraih bukanlah titik akhir, melainkan awal dari perjuangan panjang membangun bangsa. Dalam kesempatan itu, Prabowo mengapresiasi kontribusi seluruh presiden sebelumnya yang telah mengukir capaian penting bagi Indonesia di setiap era kepemimpinannya.

Menurutnya, setiap pemimpin membawa sumbangsih strategis yang menjadi bagian dari estafet mewujudkan cita-cita kemerdekaan negara yang merdeka, berdaulat, adil, dan makmur.

Secara rinci, Presiden Prabowo pun mnguraikan bahwa Presiden Soekarno telah memimpin perjuangan pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta mempertahankan keutuhan wilayah, termasuk keberhasilan integrasi Irian Barat ke dalam NKRI. Sementara Presiden Soeharto melaksanakan pembangunan ekonomi merata, mencapai swasembada pangan, meletakkan dasar industrialisasi, dan menurunkan kemiskinan ekstrem.

Kepemimpinan nasional pun dilanjutkan Presiden B.J. Habibie yang telah mengenalkan bangsa kepada teknologi tinggi serta menjaga stabilitas ekonomi pascakrisis multidimensi 1998. Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memperkokoh kerukunan antarsuku, agama, dan ras sebagai pilar keharmonisan bangsa majemuk. Presiden Megawati Soekarnoputri kemudian memimpin pemulihan ekonomi dan memperkuat lembaga-lembaga negara, termasuk pelaksanaan Pemilu Presiden secara langsung untuk pertama kalinya. Sementara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mampu mengatasi dampak krisis keuangan global 2008, menyelesaikan konflik Aceh, dan memperkuat fondasi pembangunan ekonomi berkeadilan.

Presiden Joko Widodo kemudian membangun infrastruktur besar, meningkatkan konektivitas antarsentra ekonomi, menghadapi pandemi COVID-19, serta memulai pembangunan Ibu Kota Negara Nusantara dan kebijakan hilirisasi sumber daya alam.

“Seluruh Presiden dan pemerintahannya telah berupaya mewujudkan Indonesia yang lebih dekat dengan cita-cita kemerdekaan kita,” ujar Presiden Prabowo.

Ia menambahkan, perjuangan bangsa tidak boleh berhenti pada pencapaian masa lalu. “Kita wajib melanjutkan kerja keras ini dengan tekad yang sama kuatnya seperti para pendahulu kita,” tegas Kepala Negara.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh MC KAB MALUKU TENGGARA
  • Sabtu, 30 Agustus 2025 | 23:24 WIB
Doa Bersama Lintas Agama, Kapolres Malra Tegaskan Pentingnya Persatuan
  • Oleh MC KAB MERAUKE
  • Jumat, 29 Agustus 2025 | 20:49 WIB
Bupati Merauke Minta Dukungan Pusat untuk Realisasikan Pembangunan Strategis
  • Oleh Tri Antoro
  • Rabu, 27 Agustus 2025 | 12:22 WIB
RSPON Mampu Jadi Pusat Penelitian Bertaraf Dunia
  • Oleh Tri Antoro
  • Rabu, 27 Agustus 2025 | 12:19 WIB
RSPON Kini Setara Rumah Sakit Dunia, Presiden Prabowo: Saya Bangga
  • Oleh Tri Antoro
  • Selasa, 26 Agustus 2025 | 07:35 WIB
Pemerintah Targetkan Semua Desa Teraliri Listrik Paling Lambat 2030
  • Oleh Tri Antoro
  • Selasa, 26 Agustus 2025 | 07:28 WIB
Hoegeng dan Ben Mboi Terima Tanda Kehormatan Tertinggi dari Negara
-->