- Oleh MC PROV RIAU
- Jumat, 22 Agustus 2025 | 14:35 WIB
: Foto udara area kilang minyak Pertamina Rifinery Unit III Plaju di Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (10/9/2024). Kilang Plaju yang dibangun pada masa kolonial Belanda tahun 1904 tersebut hingga kini masih aktif beroperasi dengan kapasitas produksi dapat mencapai 85.000 barel per hari yang dipasarkan untuk kebutuhan domestik di Sumatera Selatan, Kalimantan, Jawa, dan ekspor. ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/tom.
Oleh Eko Budiono, Sabtu, 8 Maret 2025 | 09:56 WIB - Redaktur: Untung S - 463
Jakarta, InfoPublik - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan, proyek pembangunan kilang minyak berkapasitas 500.000 barel yang dibangun berdekatan dengan Singapura di wilayah Sumatra bakal dibiayai sebagian oleh Danantara.
Hal itu disampaikan Bahlil, melalui keterangan resmi, Jumat (7/3/2025). Bahlil berharap ada investor lainnya, termasuk Pertamina, ikut serta berinvestasi dalam pembangunan kilang minyak tersebut.
“Sebagian (didanai) Danantara, sebagian kami lagi mencari. Kalau memang Pertamina bisa ikut, itu jauh lebih baik,” kata Bahlil.
Walaupun demikian, Bahlil belum dapat menyebutkan berapa porsi pembiayaannya nanti manakala telah mendapatkan investasi selain Danantara.
Sebelumnya, Bahlil menyebutkan daerah Sumatera menjadi lokasi pembangunan kilang minyak berkapasitas 500.000 barel itu karena pertimbangan bisnis.
“Ya, itu adalah pertimbangan bisnis ya,” kata Bahlil.
Pembangunan kilang itu merupakan bagian dari 21 proyek hilirisasi tahap pertama yang bakal menerima kucuran dana investasi sejumlah 40 miliar dolar AS.
Proyek-proyek itu juga bagian dari target hilirisasi senilai 618 miliar dolar AS pada 2025.
Di samping pembangunan kilang, beberapa proyek utama lainnya juga mencakup pembangunan fasilitas penyimpanan minyak di Pulau Nipah, Kepulauan Riau, untuk memperkuat ketahanan energi nasional.
Kemudian, ada pula proyek hilirisasi Dimethyl Ether (DME) baku batu bara sebagai substitusi impor LPG.
Selain sektor energi, Bahlil melanjutkan hilirisasi juga menyasar komoditas lain seperti tembaga, nikel, bauksit alumina, kemudian sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan.
Bahlil menegaskan, pendanaan proyek-proyek itu tidak sepenuhnya bergantung pada investasi asing, misalnya untuk hilirisasi Dimethyl Ether (DME).