- Oleh Pasha Yudha Ernowo
- Kamis, 21 Agustus 2025 | 08:18 WIB
: Uswatul Khasanah, Kepala Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Berkat Sukses Makmur Sejahtera (BSMS) Kota Malang, sedang mengajarkan keterampilan menjadi PMI pada Kamis (7/8/2025). Amiriyandi/ InfoPublik.id
Oleh Tri Antoro, Kamis, 7 Agustus 2025 | 20:31 WIB - Redaktur: Untung S - 441
Kota Malang, InfoPublik – Pekerja Migran Indonesia (PMI) memiliki potensi besar untuk mengangkat taraf hidup masyarakat desa.
Hal itu tercermin dari kisah Uswatul Khasanah, Kepala Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Berkat Sukses Makmur Sejahtera (BSMS) Kota Malang, yang membuktikan bahwa pengalaman sebagai PMI dapat menjadi fondasi menuju kehidupan yang lebih baik dan bermakna.
Perjalanan Uswatul dimulai pada tahun 2000, saat ibunya sakit parah. Untuk membantu ekonomi keluarga, ia memutuskan bekerja sebagai PMI di Hongkong.
“Ibu saya sakit, jadi saya bekerja sebagai PMI untuk membantu Bapak memenuhi kebutuhan adik-adik,” ujarnya di LPK BSMS, Kamis (7/8/2025).
Selama empat tahun di Hongkong, ia mampu mengirim sekitar Rp5 juta setiap bulan ke kampung halaman, sementara Rp3 juta sisanya digunakan untuk kebutuhan hidup di perantauan.
Setelah itu, Uswatul melanjutkan kontrak kerja dua tahun sebagai PMI di Makau sebelum kembali ke Kabupaten Madiun dan menikah. Meski sempat ingin kembali menjadi PMI, keinginan itu tidak mendapat restu suami.
Namun, semangatnya untuk tetap berkontribusi di sektor ketenagakerjaan tidak padam. Pada 2008, ia menerima tawaran menjadi instruktur di LPK BSMS Kota Malang. Sejak saat itu, ia aktif membagikan pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya saat bekerja di luar negeri.
“Saya ajarkan mulai dari etika kerja, keterampilan memasak, hingga budaya negara penempatan. Setiap negara berbeda, dan semua itu harus dipahami dengan baik,” jelasnya.
Pendekatan detail dan personal itulah yang menjadikan alumni LPK BSMS banyak diminati oleh agen ketenagakerjaan di Hongkong, Singapura, dan Taiwan.
Kini, sebagai Kepala LPK BSMS, Uswatul memikul tanggung jawab besar untuk memastikan calon PMI dibekali dengan kompetensi dan kesiapan mental.
“Bekerja di luar negeri bukan untuk coba-coba. Kalau niat belum bulat, jangan berangkat. Jangan hanya pikir gaji, pikirkan juga etika, budaya, dan kesiapan mental,” tegasnya.
Menurutnya, pengalaman bekerja di luar negeri membentuk karakter dan kemandirian. Kini, ia ingin agar calon PMI tidak mengulangi kesalahan yang pernah ia alami.
“Saya percaya, jika dibekali kompetensi, mereka bisa sukses dan bahkan membangun usaha saat pulang nanti,” tambahnya.
Ia juga menekankan bahwa profesi pekerja rumah tangga tidak boleh dipandang sebelah mata.
“Kami adalah pahlawan devisa. Dengan kerja keras dan hati, perempuan Indonesia bisa mandiri, tangguh, dan membawa perubahan. Di mana pun berada, mari jaga nama baik Indonesia,” pungkasnya.