- Oleh MC KAB LUMAJANG
- Sabtu, 30 Agustus 2025 | 22:45 WIB
:
Oleh MC KAB LUMAJANG, Minggu, 13 Juli 2025 | 06:47 WIB - Redaktur: Tri Antoro - 3K
Lumajang, InfoPublik — Di tengah masyarakat yang semakin majemuk, komitmen terhadap kesetaraan hak, termasuk bagi kelompok penyandang disabilitas (difabel), menjadi aspek penting dalam pembangunan yang adil. Di Kabupaten Lumajang, Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITMI) hadir sebagai contoh nyata perjuangan komunitas difabel dalam memperjuangkan ruang partisipasi setara di bidang keagamaan.
“Organisasi kami menjadi wadah bagi teman-teman tunanetra muslim untuk tetap bisa menjalankan ibadah, belajar ilmu agama, dan membangun silaturahmi,” ujar Mukhamad Fatoni, Ketua ITMI Lumajang, saat menjadi narasumber dalam Talkshow Jelita yang disiarkan oleh LPPL Radio Suara Lumajang, Sabtu (12/7/2025).
Didirikan pada 4 Agustus 2024, ITMI Lumajang kini menjadi pelopor dalam memperjuangkan aksesibilitas dan inklusivitas keagamaan bagi penyandang disabilitas netra. Tak sekadar sebagai organisasi, ITMI menjadi ruang aman dan produktif dalam pengembangan diri dan nilai-nilai spiritual para anggotanya.
Program yang telah dijalankan meliputi pelatihan qiroah, seni al-banjari, dan forum silaturahmi rutin antaranggota. “Kami jalankan pelan-pelan dan istiqamah. Karena kami yakin, organisasi ini akan membawa manfaat besar tidak hanya bagi anggota, tetapi juga masyarakat luas,” ujar Fatoni.
Sementara itu, Anggota Dewan Kehormatan ITMI Lumajang, Nanang Abdullatip, menegaskan bahwa ITMI hadir untuk memberdayakan difabel netra menjadi bagian aktif dari masyarakat madani.
“Dengan pendekatan kolaboratif dan penguatan jaringan, kami ingin menjadikan ITMI sebagai aktor perubahan. Kami juga mendorong pembelajaran Al-Qur’an Braille, memperluas akses pendidikan agama, dan membangun ekosistem yang memberdayakan,” jelasnya.
Langkah ITMI Lumajang mencerminkan nilai-nilai luhur Pancasila, khususnya prinsip keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Upaya organisasi ini menegaskan pentingnya ruang ibadah yang ramah disabilitas serta peluang partisipasi yang setara dalam kehidupan beragama.
Menurut pengamat sosial inklusi dari Lembaga Studi Inklusi Nusantara, Dr. Fitriana Latifah, organisasi seperti ITMI memainkan peran penting dalam menjembatani kebijakan inklusif dan kebutuhan riil masyarakat difabel.
“Gerakan komunitas seperti ini sangat strategis dalam menghapus diskriminasi dan menguatkan masyarakat sipil agar mampu menyuarakan kepentingan difabel,” ujar Fitriana.
Saat ini, ITMI tengah menjalin kerja sama dengan berbagai lembaga keagamaan dan pemerintah daerah guna memperluas penyediaan literatur Islam dalam huruf Braille serta pelatihan Al-Qur’an berbasis audio. Harapannya, tak ada lagi hambatan akses bagi kaum difabel dalam menjalankan keyakinan mereka.
Ke depan, ITMI Lumajang berambisi menjadi pusat pendidikan inklusif berbasis komunitas, menyediakan pelatihan keterampilan hidup dan penguatan karakter spiritual.
Dengan semangat kolektif dan dukungan berbagai pihak, langkah-langkah kecil yang mereka jalani hari ini diharapkan menjadi fondasi perubahan besar menuju masyarakat inklusif dan berkeadilan bagi semua.
(MC Kab. Lumajang/Bob/An-m)