- Oleh MC KAB NAGAN RAYA
- Kamis, 28 Agustus 2025 | 04:41 WIB
: Tingkatkan Kapasitas SDM Tidore dalam Pengelolaan Warisan Budaya Bawah Air: Langkah Nyata Menjaga Sejarah Bahari Nusantara. Foto:Lilo
Oleh MC KOTA TIDORE, Minggu, 20 Juli 2025 | 11:09 WIB - Redaktur: Juli - 191
Tidore, InfoPublik – Dalam rangka pelestarian Underwater Cultural Heritage (Warisan Budaya Bawah Air) dan peningkatan kapasitas masyarakat lokal, Flinders University bekerja sama dengan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan (BPPSDMKP) – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Pemerintah Kota Tidore Kepulauan, serta Kementerian Kebudayaan menyelenggarakan Pelatihan Konservasi dan Pengelolaan Warisan Budaya Bawah Air di Tidore pada 17–18 Juli 2025.
Kegiatan dua hari ini merupakan bagian dari proyek riset internasional bertajuk Revisiting Salvaged and Looted Shipwreck Sites in Indonesia: An Integrated Management Framework for Safeguarding Underwater Cultural Heritage.
Proyek ini berada di bawah naungan Australia Research Council (ARC) Linkage Project “Reuniting Orphaned Cargoes: Underwater Cultural Heritage of Maritime Silk Route” yang dipimpin oleh Assoc. Prof. Dr. Martin Polkinghorne dari Flinders University.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tidore Kepulauan, Daud Muhammad, saat membuka kegiatan menjelaskan bahwa pelatihan ini bertujuan untuk:
Meningkatkan kesadaran masyarakat lokal mengenai pentingnya situs kapal karam dan artefak bawah air sebagai bagian dari sejarah maritim Indonesia.
Memperkenalkan praktik terbaik konservasi bawah air sesuai standar nasional dan prinsip UNESCO 2001 Convention.
Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pelestarian warisan budaya bawah laut.
Memperkuat sinergi antar pemangku kepentingan di sektor kelautan, budaya, dan pariwisata.
Sebanyak 25 peserta dari berbagai instansi dan komunitas lokal berpartisipasi, termasuk Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku Utara, Dinas Perikanan dan Kebudayaan Tidore, Museum Sonyine Malige, Kesultanan Tidore, komunitas nelayan, penyuluh KKP, serta pegiat wisata selam dan ekonomi kreatif.
Bertempat di Aula Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Tidore, peserta mengikuti kuliah umum dari sembilan pakar nasional dan internasional di bidang arkeologi maritim, konservasi artefak, dan ilmu kelautan. Materi yang disampaikan mencakup:
- Pendahuluan proyek Reuniting Orphaned Cargoes dan pengelolaan situs kapal karam di Indonesia
- Teknik dasar konservasi artefak bawah air
- Konservasi berbasis ekosistem laut
- Analisis batimetri di perairan Soasio dan Tongowai untuk pengembangan wisata selam sejarah
Kegiatan dilanjutkan di Museum Sonyine Malige, fokus pada praktik dokumentasi dan konservasi artefak bawah air. Peserta dilatih teknik identifikasi dan klasifikasi, pengukuran, teknik photogrammetry, dan katalogisasi. Koleksi utama yang digunakan sebagai objek praktik adalah 219 guci stoneware abad ke-16 hingga 17 M dari perairan Tongowai yang ditemukan pada 1990-an.
Melalui pelatihan ini, Tidore Kepulauan diharapkan menjadi pusat konservasi warisan budaya bawah air di Indonesia Timur, sekaligus membuka peluang pengembangan wisata bahari berbasis sejarah. Salah satunya melalui pengembangan maritime heritage trail, termasuk wisata selam situs kapal karam bersejarah yang dapat meningkatkan perekonomian daerah dan masyarakat lokal.