- Oleh MC PROV GORONTALO
- Rabu, 27 Agustus 2025 | 07:12 WIB
: Dua orang penari penyandang disabilitas tampil apik di Gelanggang Seni Pertunjukan yang digelar Jurusan Pendidikan Sendratasik UNG. (Foto Indra Dunggio)
Oleh MC PROV GORONTALO, Minggu, 3 Agustus 2025 | 09:10 WIB - Redaktur: Eko Budiono - 174
Kota Gorontalo, InfoPublik - Gelanggang Seni Pertunjukan (GSP) Universitas Negeri Gorontalo sukses digelar selama dua hari (31 Juli–1 Agustus 2025), dan menjadi panggung inklusif bagi kaum muda, termasuk siswa tunarungu dari Sekolah Luar Biasa (SLB)Kota Gorontalo.
Acara yang diinisiasi Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Sendratasik UNG ini bukan sekadar pertunjukan, melainkan muara dari proses panjang pendidikan seni berbasis ilmu pengetahuan.
Pelatih SLB sekaligus alumnus Sendratasik, Christian Tamutu, mengungkap kebanggaannya membimbing anak berkebutuhan khusus yang menampilkan tarian apik meski menghadapi tantangan kompleks
"Siswa kami tunarungu. Mereka tidak bisa bicara atau mendengar, tapi dedikasi mereka luar biasa," ujar Nisfa, guru pendamping SLB, Sabtu (2/8/2025).
Ketua Jurusan Pendidikan Sendratasik UNG, La Ode Karlan menegaskan GSP sebagai barometer pemajuan pendidikan kebudayaan di Gorontalo.
Semua karya yang dipentaskan merupakan hasil pembelajaran seni budaya di sekolah oleh guru-guru yang mayoritas alumni Sendratasik UNG.
Untuk memperkuat kapasitas guru, jurusan itu menyelenggarakan seminar nasional menghadirkan Guru Besar Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta, Prof.Dr.Djohan.
"Seminar ini membekali para guru dengan kebaruan keilmuan, khususnya seni pertunjukan, sebagai modal mengajar," kata Karlan.
Hari pertama dibuka Rektor UNG, Prof. Dr. Eduart Wolok, menampilkan kolaborasi spektakuler. Mahasiswa Sendratasik membuka dengan Tari Dana-Dana, disusul Jingle Sendratasik, dan Dames oleh komunitas wanita etnis Jawa Tondano (Jaton).
Panggung semakin meriah dengan Tari Mayledungga, penampilan Band Sendratasik, serta Tari Uta’Eya dari Sanggar Makuta pimpinan Ferry Pomontolo. Sanggar seni lain seperti Paluwala, Tumula, dan Farabi turut menyemarakkan acara dengan karya seperti Tari Naungan Semesta, Moleleyangi, dan tradisi lisan Mohungguli yang mengisahkan Danau Limboto.
Sebanyak 12 sekolah dan sanggar berpartisipasi aktif. Di hari pertama, SMPN 1 Bulango Selatan (Febrianto A. Noge), SMPN 1 Tilamuta (Sumiati Kaku), hingga SDN 3 Tilongkabila (Upik Hasan) unjuk kebolehan.
Hari kedua menampilkan Sanggar Lamahu (Gr. Samsudin Pakaya), UMKM Seni Budaya UNG (Nurhani Inaya), serta SMAN 1 Paguyaman (Darwis Abuna) dan SMAN 2 Gorontalo yang dibina Christian Tamutu. Dukungan tata lampu dan audio profesional turut menyempurnakan seluruh pertunjukan. (mcgorontaloprov)