- Oleh MC KAB LUMAJANG
- Sabtu, 30 Agustus 2025 | 22:45 WIB
:
Oleh MC KAB LUMAJANG, Kamis, 7 Agustus 2025 | 20:00 WIB - Redaktur: Juli - 1K
Lumajang, InfoPublik – Kebangkitan pariwisata tidak boleh sekadar dipandang sebagai geliat kunjungan wisatawan. Lebih dari itu, pariwisata harus menjadi instrumen nyata untuk memperkuat ekonomi rakyat di akar rumput.
Inilah pesan kuat yang disampaikan Ketua TP-PKK Kabupaten Lumajang, Dewi Natalia Yudha Adji Kusuma, saat mengunjungi Desa Argosari, Kecamatan Senduro, Rabu (6/8/2025), usai menghadiri kegiatan “Berkarya, Berdaya Bersama PKK”.
Dewi Natalia secara langsung meninjau potensi wisata alam Argosari yang berada di lereng Gunung Semeru. Disambut lanskap pegunungan yang memukau, ia menyampaikan bahwa desa ini memiliki kekayaan alam yang sangat menjanjikan sebagai destinasi wisata unggulan.
Namun, menurutnya, pariwisata tidak boleh berhenti di tataran keindahan. “Yang terpenting adalah bagaimana kehadiran wisatawan mampu menciptakan nilai ekonomi bagi warga lokal. Kita tidak hanya bicara soal view yang indah, tapi juga dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat,” ungkap Dewi Natalia.
Ia menekankan pentingnya pendekatan inklusif dalam membangun sektor pariwisata, yakni melibatkan masyarakat lokal sebagai pelaku utama, bukan sekadar penonton. Produk-produk unggulan desa, seperti kerajinan tangan, kuliner lokal, dan hasil pertanian, harus diangkat menjadi bagian dari ekosistem wisata yang berkelanjutan.
“Bukan sekadar menarik wisatawan, tapi bagaimana kehadiran mereka mampu menghidupkan ekonomi warga, mendorong produk lokal, dan membentuk rantai nilai yang adil,” tegasnya.
Menurut Dewi Natalia, pemberdayaan perempuan dan keluarga yang selama ini digerakkan oleh TP-PKK harus bisa bersinergi dengan pengembangan sektor wisata. Ini menjadi peluang besar untuk menciptakan lapangan kerja, membangun UMKM desa, dan memfasilitasi generasi muda agar terlibat dalam usaha kreatif berbasis potensi lokal.
Kawasan Argosari yang dikenal sebagai “negeri di atas awan” memiliki segala prasyarat menjadi destinasi wisata berbasis komunitas. Akses jalan sudah cukup baik, lanskap memikat, serta budaya masyarakat yang ramah pengunjung.
“Tinggal bagaimana kita tata dengan rapi, dengan prinsip partisipatif, agar manfaatnya dirasakan luas,” tambahnya.
Ia juga mendorong pembentukan koperasi atau kelompok usaha bersama yang bisa mengelola kegiatan wisata, termasuk homestay, kuliner khas desa, dan jasa pemandu wisata. Dengan begitu, sirkulasi ekonomi tidak keluar dari desa, melainkan tumbuh dan menguatkan masyarakat.
Dewi Natalia mengajak seluruh stakeholder, baik pemerintah desa, pelaku UMKM, komunitas muda, hingga lembaga pendidikan, untuk ikut serta dalam merancang masa depan wisata Argosari yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat.
“Jangan sampai desa ini hanya jadi tempat foto dan singgah. Kita harus jaga agar setiap jengkal keindahan juga mengandung kebermanfaatan ekonomi. Inilah hakikat pembangunan yang merata dan berkeadilan,” katanya.
Kunjungan ini menjadi bukti konkret bahwa pendekatan pembangunan di Lumajang semakin mengedepankan kolaborasi antar sektor antara pemberdayaan sosial dan pertumbuhan ekonomi berbasis wisata. Dalam konteks ini, TP-PKK hadir bukan hanya sebagai penggerak keluarga, tetapi juga sebagai jembatan transformasi ekonomi desa.
Dengan menempatkan rakyat sebagai pusat pembangunan, model seperti Argosari diharapkan bisa direplikasi ke wilayah lain di Lumajang. Desa bukan lagi objek pembangunan, melainkan subjek yang menggerakkan perubahan.
“Kalau rakyat sejahtera, wisata akan tumbuh dengan sendirinya. Dan kalau wisata tumbuh, rakyat harus turut menikmati hasilnya. Itu rumus yang tidak bisa dinegosiasi,” pungkasnya. (MC Kab. Lumajang/Ferdian/An-m)