- Oleh MC PROV GORONTALO
- Sabtu, 30 Agustus 2025 | 17:12 WIB
: Foto bersama peserta Program Internsip Dokter Indonesia (PIDI) Puskesmas Tibawa Kabupaten Gorontalo. (foto MD)
Oleh MC PROV GORONTALO, Jumat, 8 Agustus 2025 | 21:28 WIB - Redaktur: Eko Budiono - 155
Kabupaten Gorontalo, InfoPublik – Tingkat kepatuhan lansia dalam mengonsumsi obat anti-hipertensi terbukti secara langsung memengaruhi stabilitas tekanan darah.
Temuan kunci itu terungkap dalam paparan hasil mini project peserta Program Internsip Dokter Indonesia (PIDI) di Puskesmas Tibawa, Kabupaten Gorontalo, Jumat (8/8/2025).
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, Anang S Otoluwa, menekankan bahwa penelitian itu menyoroti hubungan nyata antara disiplin minum obat dan penurunan risiko komplikasi hipertensi pada kelompok usia lanjut.
Data riset yang disampaikan peserta PIDI, Dewi Fortuna Ramadhanty Shamin dan Lorensiana Toding Padang, mengungkapkan dari 38 lansia responden, sebanyak 18 orang (47,4%) menunjukkan kepatuhan minum obat kategori baik. Namun, 11 orang (28,9%) masih masuk kategori kurang patuh.
Di sisi tekanan darah, 26 lansia (68,4%) mengalami hipertensi ringan, sedangkan 3 orang (7,9%) masuk kategori hipertensi berat.
Anang menjelaskan, tren penelitian menunjukkan semakin tinggi kepatuhan minum obat, semakin rendah tekanan darah pasien.
"Hipertensi tidak dapat disembuhkan, tetapi harus dikontrol terus-menerus. Ketidakpatuhan, terutama pada terapi jangka panjang seperti ini, sering memicu komplikasi berbahaya," tegas Anang.
Ia mengingatkan, bahwa 95% kasus stroke berkaitan dengan riwayat hipertensi yang tidak terkendali.
Obat anti-hipertensi yang tersedia, lanjutnya, sebenarnya efektif menekan risiko morbiditas dan mortalitas, namun rendahnya kedisiplinan pasien justru meningkatkan biaya pengobatan dan ancaman kematian.
Anang berharap, temuan itu menjadi dasar bagi tenaga kesehatan untuk memperkuat edukasi kepada pasien lansia. Sosialisasi rutin konsumsi obat dan penerapan gaya hidup sehat dinilai krusial demi meminimalisasi komplikasi.
Dukungan serupa disampaikan dokter pembimbing PIDI, Sofyawaty Hamzah, yang mengapresiasi kontribusi nyata penelitian bagi peningkatan mutu layanan puskesmas. Menurutnya, hasil riset tidak hanya bernilai akademis, tetapi juga aplikatif dalam pelayanan sehari-hari.
Kepala Puskesmas Tibawa, Tantri Luawo, menyambut positif kehadiran program PIDI.
Ia menyatakan, program itu telah memberikan dampak konkret, baik dalam peningkatan kapasitas tenaga medis maupun penanganan masalah kesehatan masyarakat.
Empat peserta PIDI periode Februari 2025–2026 yang terlibat, yakni Adiyat Syeh Aldjufri (Universitas Alkhairaat), Dewi Fortuna Ramadhanty Shamin (Universitas Halu Oleo), Lorensiana T. Padang (Universitas Cenderawasih), dan Jihan G. Ismail (Universitas Tadulako), diharapkan terus mendorong sinergi berkelanjutan antara puskesmas, pemerintah daerah, dan tenaga medis untuk membangun sistem kesehatan yang lebih responsif.
Pemerintah Provinsi Gorontalo di bawah kepemimpinan Gubernur Gusnar Ismail dan Wakil Gubernur Idah Syahidah disebutkan berkomitmen menjadikan temuan ini sebagai pijakan penguatan layanan kesehatan dasar.(mcgorontaloprov/md/ilb/nancy)