- Oleh MC PROV GORONTALO
- Sabtu, 30 Agustus 2025 | 17:12 WIB
: Kepala Bidang Riset dan Inovasi Tity Iriani Datau (kiri) dan Sekretaris Bapppeda Provinsi Gorontalo Grace Rawung saat mengikuti seminar proposal kajian potensi dan dampak sistem usahatani konservasi dalam budidaya jagung di lahan miring. (foto RAA)
Oleh MC PROV GORONTALO, Rabu, 27 Agustus 2025 | 08:59 WIB - Redaktur: Eko Budiono - 118
Kota Gorontalo, InfoPublik - Badan Perencanaan, Penelitian dan Pembangunan Daerah (Bapppeda) Provinsi Gorontalo menggelar seminar proposal kajian untuk mengatasi persoalan klasik dalam budidaya jagung di lahan miring.
Kajian yang berjudul "Potensi dan Dampak Sistem Usahatani Konservasi dalam Budidaya Jagung di Lahan Miring" itu, diharapkan menjadi solusi konkret bagi para petani menghadapi tantangan ekologi dan ekonomi.
Sebagai produk unggulan dan tulang punggung ekonomi bagi sebagian besar petani, jagung merupakan komoditas ekspor andalan Gorontalo.
Meski produktivitasnya masih di bawah rata-rata nasional, provinsi ini menduduki peringkat ke-7 secara nasional untuk luas panen dan produksi jagung pipilan kering.
Ketua tim peneliti, Zulham Sirajuddin mengungkapkan bahwa akar permasalahannya terletak pada topografi lahan.
"Hampir 90 persen, tepatnya 89,84 persen jagung Gorontalo ditanam di lahan miring yang rentan terhadap erosi. Hal ini menjadi tantangan besar bagi keberlanjutan ekologi, ekonomi, dan sosial masyarakat," ujar Zulham, dalam seminar yang digelar, Selasa (26/8/2025).
Tim peneliti yang terdiri dari Fardyansyah Hasan, Ivana Butolo, dan Gema Putra Baculu, menawarkan pendekatan teknologi dan regulasi.
Solusi utamanya adalah penerapan Sistem Usahatani (SUT) Konservasi sesuai Peraturan Menteri Pertanian No. 47 Tahun 2006, yang didukung oleh Undang-Undang No. 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air.
Teknologi yang diusung adalah pembangunan teras gulud (guludan bersaluran), yaitu barisan guludan yang dilengkapi saluran air di belakangnya.
Untuk memperkuat struktur tanah, bagian guludan ditanami dengan rumput odot atau gajah yang memiliki perakaran kuat dan dapat dipanen berkali-kala dalam satu musim tanam, memberikan nilai ekonomi tambah.
"Bisa juga dengan tanaman lain seperti akar wangi atau cabai," ujar Zulham.
Melalui pengolahan lahan sesuai kontur dan pembuatan guludan, erosi tanah dapat dikendalikan.
Zulham memaparkan bahwa metode itu mampu menekan laju erosi hingga 26 persen.
Inovasi lainnya adalah pemanfaatan limbah organik, khususnya tongkol jagung yang selama ini sering dibakar dan menimbulkan polusi, untuk diolah menjadi biochar guna memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah.
Riset itu bertujuan untuk mengkaji potensi dan dampak SUT Konservasi, menganalisis serta merekomendasikan model konservasi yang ideal, dan mempelajari aplikasi biochar untuk mendukung sistem pertanian yang berkelanjutan di lahan miring.
Sementara itu, Kepala Bidang Riset dan Inovasi Bapppeda Gorontalo, Tity Iriani Datau, menegaskan komitmen Pemerintah Provinsi.
Program Agro-maritim yang diprioritaskan Gubernur Gusnar Ismail dan Wakil Gubernur Idah Syahidah terus memacu produktivitas jagung untuk mewujudkan Gorontalo sebagai provinsi penyangga pangan nasional.
"Lahan yang kurang produktif harus dikelola agar menjadi produktif. Permintaan jagung Gorontalo dari pembeli mancanegara selalu tinggi," ucap Tity.(mcgorontaloprov)