- Oleh MC PROV GORONTALO
- Senin, 25 Agustus 2025 | 21:43 WIB
: Prof Dr Syarwani Canon (kanan) dan Wawan Tuloli peneliti dari Universitas Negeri Gorontalo. (foto RAA)
Oleh MC PROV GORONTALO, Kamis, 28 Agustus 2025 | 17:33 WIB - Redaktur: Eko Budiono - 103
Kota Gorontalo, InfoPublik - Kota Gorontalo, ibukota Provinsi Gorontalo, menghadapi tantangan besar akibat dinamika pertumbuhan yang tidak seimbang dengan luas wilayahnya.
Sebagai kota tua dengan sejarah panjang dan berperan sebagai pusat pertumbuhan utama (central place) di provinsi tersebut, kota seluas 79,03 km persegi ini harus menampung 204.629 jiwa, yang berarti kepadatannya mencapai 2.589 jiwa per km persegi.
Fakta bahwa luas Kota Gorontalo hanya 0,65% dari total wilayah Provinsi Gorontalo menimbulkan tekanan struktural yang serius.
Peneliti dari Universitas Negeri Gorontalo, Prof.Dr. Syarwani Canon, mengatakan bahwa fenomena urban sprawl—perluasan kota melampaui batas administratifnya—telah meluas ke kabupaten sekitarnya, seperti Kabupaten Gorontalo dan Bone Bolango.
Perkembangan itu seringkali tidak terkendali dan tanpa perencanaan spasial yang memadai.
“Dalam konteks Gorontalo, penerapan konsep tata ruang menegaskan perlunya perluasan administratif dan sinkronisasi Rencana Tata Ruang Tata Wilayah (RTRW) antarwilayah, agar urban sprawl dapat diarahkan menjadi pertumbuhan perkotaan yang terencana dan berkelanjutan,” tegas Syarwani pada Kamis (28/8/2025).
Ia mengatakan, dibandingkan ibukota provinsi lain di Sulawesi, Gorontalo adalah yang terkecil, sehingga keterbatasan ruangnya menghambat fungsinya sebagai pusat layanan masyarakat.
Ekspansi permukiman dan kawasan komersial ke daerah seperti Telaga, Tilango, Tapa, dan Kabila telah mengakibatkan konversi lahan pertanian produktif. Dampak ekologisnya pun mulai terasa, dengan berkurangnya daerah resapan air dan meningkatnya risiko banjir.
Data RTRW dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Provinsi Gorontalo juga menunjukkan bahwa kebutuhan ruang terbuka hijau (RTH) kota itu masih jauh dari standar ideal, yang semakin memperparah dampak dari urban sprawl.
Merespon fenomena itu, Syarwani Canon bersama tim peneliti lainnya tengah menyusun proposal riset komprehensif.
Kajian itu difokuskan pada tiga aspek utama: analisis kondisi eksisting Kota Gorontalo dan hinterland-nya, proyeksi tren urban sprawl dan kepadatan, serta kajian aktivitas sosial-ekonomi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan data yang akurat bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan untuk memperbaiki tata kelola kota.
Sedangkan salah satu anggota tim, Wawan Tuloli, menyatakan bahwa output penelitian akan menghasilkan rekomendasi kebijakan strategis untuk penataan batas administratif Kota Gorontalo.(mcgorontaloprov)