- Oleh MC KAB DEMAK
- Rabu, 22 Januari 2025 | 18:34 WIB
: Anak- anak di Desa Kiuola, Kecamatan Noemuti, Kabupaten Timur Tengah Utara, menggunakan air bersih dari sumur bor sumber air bersih yang di bangun oleh BNPB, pada Kamis (28/8/2025)/ Dok. BNPB.
Jakarta, InfoPublik - Krisis air bersih yang kerap menghantui masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) di musim kemarau kini perlahan menemukan jawaban. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meresmikan 39 titik sumur bor di 13 kabupaten/kota, Kamis (28/8/2025).
Peresmian dipusatkan di Desa Kiuola, Kecamatan Noemuti, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) oleh Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto.
Suharyanto menjelaskan, pembangunan sumur bor ini lahir dari usulan masyarakat melalui pemerintah daerah maupun komunitas lokal kepada BPBD.
Dengan begitu, titik sumur benar-benar berada di wilayah yang sangat membutuhkan akses air bersih.
“NTT kita tahu bersama merupakan wilayah yang banyak sekali tantangannya yang harus dihadapi oleh masyarakat, termasuk krisis air bersih di musim kemarau,” ujar Suharyanto.
Ia menegaskan, pembangunan sumur bor menggunakan Dana Siap Pakai (DSP) yang dialokasikan untuk penanganan darurat bencana. Biaya pembangunan tiap titik berkisar Rp400 juta hingga Rp800 juta, bergantung kondisi geografis.
“Biayanya tidak sedikit, bahkan kalau di sini bisa Rp800 juta per titik itu di Jawa Barat bisa untuk empat sumur. Jadi dari sini kita pahami bahwa dana bagi pemerintah tidak masalah, yang penting solusi dari permasalahan krisis air ini jadi prioritas,” kata dia.
Sumur bor yang dibangun memiliki kedalaman 120–130 meter untuk menembus lapisan tanah kering dan berbatu khas wilayah NTT.
Satu titik sumur dapat dimanfaatkan oleh sekitar 112 Kepala Keluarga (KK). Dengan demikian, total lebih dari empat ribu jiwa akan merasakan manfaat air bersih dari program ini.
Tiga belas kabupaten/kota yang menerima program ini meliputi Kabupaten TTU, Kupang, Belu, Sabu Raijua, Rote Ndao, Lembata, Sumba Timur, Sumba Barat, Sumba Tengah, Sumba Barat Daya, Nagekeo, dan Manggarai Timur.
Suharyanto berharap pembangunan tahap awal ini menjadi pijakan penting untuk melanjutkan program serupa di masa mendatang.
“Ini pokoknya kita lanjutkan terus, paling tidak dari pembangunan tahap awal di 13 kabupaten ini, kita mendapat pembelajaran bagaimana karakteristik setiap daerah sehingga tahap berikutnya bisa lebih baik,” ujar dia.
Warga Menyambut dengan Syukur
Kehadiran akses air bersih ini disambut penuh haru warga Desa Kiuola. Florencia (62), salah seorang warga, mengaku lega karena tidak lagi harus berjalan ratusan meter hanya untuk mendapatkan air dari sungai keruh.
“Air su dekat,” ucap Florencia spontan sambil tersenyum usai mencoba membuka kran dari penampungan air bersih hasil sumur bor.
Ia mengenang bagaimana setiap pagi dan sore harus berjalan jauh sambil membawa ember atau jerigen.
“Saya biasanya ambil air di jam 7 pagi dan jam 5 sore, itu harus jalan 100 sampai 200 meter bawa ember atau jerigen untuk di rumah. Sekarang sangat senang sudah ada air yang lebih dekat,” kata dia.
Bagi Florencia, sumur bor ini bukan sekadar ketersediaan air, tetapi juga harapan baru bagi anak-anak agar bisa tumbuh lebih sehat dan bagi keluarga agar bisa hidup lebih layak.
Ia pun berpesan agar seluruh warga menjaga fasilitas air bersih ini dengan sebaik-baiknya.
Kehadiran sumur bor BNPB di pelosok NTT membuktikan bahwa akses air bersih adalah hak dasar warga.
Lebih dari itu, keberadaan sumur dalam ini adalah simbol kehadiran negara di tengah rakyat yang membutuhkan.