- Oleh Juli
- Kamis, 14 Agustus 2025 | 20:29 WIB
: Peresmian Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya) di Kantor Kemendukbangga, Jakarta (Foto: Kemendukbangga)
Oleh Juli, Rabu, 9 Juli 2025 | 18:39 WIB - Redaktur: Kristantyo Wisnubroto - 274
Jakarta, InfoPublik – Pemerintah terus menguatkan langkah nyata menuju Indonesia Emas 2045 dengan membangun sinergi lintas sektor. Kali ini, kolaborasi strategis dilakukan antara Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup bersama Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN.
Momentum penting ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman yang digelar di Jakarta, Rabu (9/7/2025). Kolaborasi tersebut menjadi tonggak baru dalam upaya membangun generasi unggul melalui integrasi pendekatan kependudukan dan pelestarian lingkungan.
"Terima kasih kepada Pak Menteri atas semangat kolaborasinya. Ini adalah bentuk nyata dari komitmen bersama kita dalam mendukung pembangunan berkelanjutan,” ujar Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq.
Ia menegaskan bahwa kerja sama ini bukan sebatas formalitas administratif, melainkan bagian dari visi besar membentuk lingkungan hidup yang aman dan sehat untuk tumbuh kembang anak-anak Indonesia. "Kalau lingkungan rusak, anak-anak akan tumbuh dalam risiko. Kita ingin generasi yang sehat, cerdas, dan peduli. Dan itu hanya bisa dicapai kalau kementerian dan masyarakat bekerja sama,” tambahnya.
Tamasya: Solusi bagi Keluarga Muda
Salah satu inovasi yang menjadi sorotan dalam kerja sama ini adalah Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya), sebuah terobosan dalam layanan pengasuhan anak berbasis komunitas yang ramah lingkungan.
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Wihaji, menjelaskan bahwa program Tamasya hadir sebagai jawaban atas tantangan besar yang dihadapi keluarga muda, khususnya ibu bekerja.
"Jangan sampai karena seseorang punya anak yang merupakan bagian dari sunatullah, justru menjadi beban baru. Reproduksi harus berjalan, pengendalian penduduk tetap dilakukan, tapi orang tua, terutama para ibu, juga harus bisa bekerja,” ungkap Wihaji.
Di tengah sulitnya mencari pengasuh anak dan mahalnya jasa asisten rumah tangga, Tamasya menawarkan solusi berbasis gotong royong. Program ini mengombinasikan layanan penitipan anak yang terjangkau dengan pendidikan karakter dan kecintaan terhadap lingkungan.
Anak-anak diasuh dalam suasana yang sehat, edukatif, dan menyenangkan, sekaligus dikenalkan pada nilai-nilai keberlanjutan sejak dini. Dengan begitu, mereka tumbuh sebagai generasi yang tidak hanya cerdas, tapi juga peduli dan berdaya.
Dukungan Dunia Usaha: Tamasya Masuk dalam Indikator PROPER
Komitmen terhadap program ini makin kuat dengan dimasukkannya TAMASYA ke dalam indikator penilaian Proper sistem pemeringkatan kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup yang dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup.
“Ada lebih dari 6.000 perusahaan besar yang dinilai dalam PROPER. Kini, kepedulian perusahaan terhadap program seperti TAMASYA juga menjadi bagian dari penilaian. Ini bentuk nyata tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masa depan anak bangsa,” jelas Wihaji.
Langkah ini diharapkan mendorong lebih banyak perusahaan berkontribusi aktif dalam menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak, baik secara fisik maupun psikososial.
Langkah Menuju Indonesia Emas 2045: Hijau, Cerdas, dan Berdaya
TAMASYA bukan satu-satunya program yang dikembangkan dalam rangka membentuk keluarga berkualitas. Bersama Gerakan Ayah Keladan, Lansia Berdaya, hingga SuperApps Layanan Keluarga, yang merupakan bagian dari lima program percepatan (Quick Win) yang dirancang untuk mendukung pembangunan sumber daya manusia unggul dan berkualitas. Program ini menjadi bagian dari strategi besar membangun keluarga tangguh di tengah tantangan zaman.
“Kita ingin kehadiran anak tidak menjadi beban, melainkan awal dari lahirnya generasi emas. Dengan lingkungan yang baik dan sistem pengasuhan yang mendukung, kita bisa wujudkan Indonesia yang sehat, cerdas, dan produktif,” tutup Wihaji.
Dengan kolaborasi kuat antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat, cita-cita Indonesia Emas 2045 bukan sekadar mimpi, melainkan sebuah perjalanan yang dimulai dari keluarga.