Melawan Hoaks Vaksin, GHS Dorong Edukasi Digital Imunisasi

: Foto: Ilustrasi/Istimewa


Oleh Juli, Selasa, 26 Agustus 2025 | 21:51 WIB - Redaktur: Untung S - 149


Jakarta, InfoPublik – Sejarah panjang vaksin tidak pernah lepas dari misinformasi. Sejak Edward Jenner menemukan vaksin pertama di Eropa pada akhir 1700-an, kabar bohong sudah beredar luas. Salah satunya ilustrasi satir The Cowpoke (1802) yang menggambarkan orang bisa berubah menjadi sapi setelah divaksin. Lebih dari tiga abad berlalu, tantangan hoaks imunisasi masih menghantui hingga kini.

Hal itu disampaikan Direktur Global Health Strategies (GHS), Ganendra Awang Kristandya, dalam presentasi program Facts Social bersama Kementerian Kesehatan. “Sudah 325 tahun kita berperang melawan hoaks vaksin dan sampai sekarang kita belum sepenuhnya merdeka. Misinformasi lebih cepat menyebar karena sifatnya emosional, sementara sains itu rasional,” ujarnya dalam seminar Vaxsocial dari Tagar Menjadi Sadar, di Jakarta, Senin (25/8/2025). 

Menurut Ganendra, di Indonesia informasi yang menyentuh emosi lebih mudah diterima. Karena itu, kampanye imunisasi harus dikemas dengan cerita yang dekat dengan kehidupan masyarakat. Pendekatan inilah yang dijalankan melalui Facts Social, program edukasi berbasis digital dengan narasi kuat yang disebarkan melalui WhatsApp, Facebook, Instagram, hingga kolaborasi dengan tokoh masyarakat.

Sepanjang 2024–2025, kampanye Facts Social berhasil menjangkau 40 juta akun, menghasilkan 92 juta impresi, dan mendorong 577 ribu kunjungan ke laman Ayosehat Kemenkes. Tak hanya di ranah digital, intervensi ini juga berdampak nyata di lapangan. Di empat provinsi intervensi Riau, Kalimantan Barat, Sumatra Utara, dan Sulawesi Utara—terjadi peningkatan pengetahuan, sikap, serta niat orang tua untuk mengimunisasi anak.

Bahkan, cakupan imunisasi di delapan puskesmas wilayah intervensi meningkat dengan tambahan 866 anak yang berhasil diimunisasi dibanding tahun sebelumnya. “Angka ini memang kecil, tapi menjadi bukti nyata. Jika bisa diperluas ke lebih banyak puskesmas, dampaknya akan jauh lebih besar,” jelas Ganendra.

Ia menegaskan, kerja sama lintas sektor menjadi kunci. “Kami percaya, meski tim kami kecil, we are small but mighty. Model ini terbukti memberi hasil. Kami bersyukur bisa berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan, tidak hanya di imunisasi tetapi juga di promosi kesehatan, TBC, dan nutrisi,” katanya.

Ganendra juga menyampaikan apresiasi kepada Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Kalimantan Barat, Sumatra Utara, Sulawesi Utara, serta seluruh puskesmas yang terlibat. “Semoga hasil Facts Social ini bisa kita teruskan, implementasikan lebih luas, dan membawa peningkatan cakupan imunisasi nasional,” pungkasnya.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh MC PROV GORONTALO
  • Rabu, 27 Agustus 2025 | 08:42 WIB
Pemprov Gorontalo Ungkap Perkembangan Kasus Campak di Pohuwato
  • Oleh MC KAB LUMAJANG
  • Jumat, 8 Agustus 2025 | 22:23 WIB
Posyandu Humanis Kunci Peningkatan Kesehatan Keluarga
  • Oleh Tri Antoro
  • Rabu, 23 Juli 2025 | 06:42 WIB
RAPBN 2026 Usung Gizi Gratis hingga Ketahanan Pangan
  • Oleh MC KOTA PALEMBANG
  • Rabu, 23 Juli 2025 | 09:04 WIB
Kolaborasi Antarinstansi, Kunci Palembang Menuju Pembangunan Berkelanjutan
  • Oleh MC KAB LUMAJANG
  • Selasa, 22 Juli 2025 | 01:57 WIB
Kopdeskel Merah Putih Jalan Menuju Ekonomi Desa yang Mandiri
  • Oleh MC PROV RIAU
  • Jumat, 11 Juli 2025 | 22:12 WIB
Produktivitas Naik, Pemprov Riau Targetkan PSR 10.800 Hektare
-->