- Oleh MC KAB GRESIK
- Jumat, 29 Agustus 2025 | 22:19 WIB
:
Oleh MC KAB GRESIK, Senin, 2 Juni 2025 | 16:00 WIB - Redaktur: Pasha Yudha Ernowo - 188
Gresik, Infopublik — Pagi itu, aroma rempah dan gurih daging menyambut para pengunjung yang memadati kawasan Wisata Alam Gosari (Wagos), Ujungpangkah. Di tengah lanskap alam yang asri, berdiri megah tumpeng raksasa nasi krawu setinggi tiga meter—ikon kuliner khas Gresik yang menjadi simbol kebanggaan budaya lokal. Festival Nasi Krawu Vol. 3 bukan sekadar agenda tahunan, melainkan narasi kebersamaan, kreativitas, dan identitas.
Diselenggarakan oleh Komunitas Wartawan Gresik (KWG) dalam rangka Hari Pers Nasional, festival ini menyuguhkan lebih dari sekadar rasa. Sebanyak 1.000 bungkus nasi krawu dibagikan kepada warga dan wisatawan yang hadir, namun yang lebih penting, acara ini menjadi wadah sinergi antara media, pemerintah, dan masyarakat dalam melestarikan warisan kuliner Gresik.
Plt Bupati Gresik, Asluchul Alif, hadir langsung membuka acara dan menyampaikan apresiasi tinggi atas inisiatif yang semakin memperkuat identitas lokal melalui pendekatan kultural dan pariwisata.
“Kami sangat mendukung Festival Nasi Krawu sebagai upaya kreatif wartawan Gresik dalam mempromosikan kearifan lokal. Ke depan, kami berharap kegiatan semacam ini bisa digelar di berbagai desa wisata lain untuk mengangkat potensi daerah secara lebih luas,” ujar dr. Alif, Minggu (1/6/2025).
Apa yang dilakukan KWG adalah perluasan peran media—dari hanya menyampaikan berita menjadi pelaku budaya yang aktif. Ketua KWG, Miftahul Arif, menyampaikan bahwa Festival Nasi Krawu adalah bentuk nyata kontribusi insan pers terhadap masyarakat.
“Kami ingin menunjukkan bahwa wartawan juga bisa menjadi penggerak budaya dan pariwisata. Media bukan hanya bicara soal berita, tapi juga soal membangun kebersamaan dan mengangkat identitas lokal,” tegasnya.
Dukungan juga datang dari Ketua DPRD Kabupaten Gresik, Muhammad Syahrul Munir, yang menilai kegiatan ini sebagai fondasi penting menuju Gresik yang berperadaban tinggi.
“Festival ini bukan hanya tentang nasi krawu, tetapi tentang bagaimana kita merawat akar budaya dan membangun peradaban melalui kolaborasi,” ungkapnya.
Menariknya, Festival Nasi Krawu tahun ini juga menggandeng sejumlah instansi dan lembaga. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispendukcapil) membuka layanan pembuatan akta dan pencetakan KTP/KIA di lokasi. Polres Gresik melakukan sosialisasi terkait SIM Internasional, sementara PMI memberi layanan kesehatan gratis. Tak ketinggalan, Yayasan Fajar Trilaksana memberikan edukasi dan konsultasi hukum kepada pengunjung.
Bukan hanya menjadi ruang perayaan, festival ini pun menjelma menjadi hub pelayanan publik dan pemberdayaan masyarakat.
Tiga tahun berturut-turut Festival Nasi Krawu diselenggarakan, dan semakin terlihat bahwa ini bukan sekadar agenda tahunan. Ini adalah gerakan kolektif membangun identitas Gresik, dari meja makan hingga jalur wisata desa. Wagos, sebagai lokasi pelaksanaan tahun ini, menjadi simbol bahwa potensi desa bisa menjadi panggung utama jika didukung oleh kreativitas dan kolaborasi lintas sektor.
Festival ini mengajarkan bahwa budaya bisa menjadi alat pembangunan, kuliner bisa menjadi media diplomasi lokal, dan wartawan bisa menjadi penggerak perubahan sosial. (reg/edited by Diskominfo Kab. Gresik)