Bukan Sekadar Upacara: Agam Mantapkan Peringatan Sejarah Perang Kamang dan Manggopoh ke-117 Sebagai Upaya Revitalisasi Identitas Daerah

:


Oleh MC KAB AGAM, Minggu, 8 Juni 2025 | 02:54 WIB - Redaktur: Pasha Yudha Ernowo - 267


Agam, InfoPublik — Pemerintah Kabupaten Agam terus mengukuhkan komitmennya dalam menjaga dan mengangkat nilai-nilai sejarah perjuangan lokal. Salah satu langkah konkret dilakukan dengan mematangkan persiapan peringatan Perang Kamang dan Perang Manggopoh ke-117, melalui rapat koordinasi lintas sektor yang dipimpin Sekretaris Daerah Agam, Edi Busti di Aula Kantor Bupati, Kamis (5/6/2025).

Peringatan tahunan yang akan digelar pada 15 Juni 2025 ini bukan sekadar seremoni, melainkan momen strategis untuk merevitalisasi kesadaran sejarah, membangkitkan semangat nasionalisme, serta memperjuangkan pengakuan pahlawan nasional bagi tokoh lokal seperti Mandeh Siti Manggopoh dan pejuang Kamang lainnya.

“Kita ingin peringatan ini bukan hanya berjalan khidmat, tapi juga memberikan gaung nasional. Ini bukan soal seremoni tahunan, tapi warisan sejarah yang harus diperjuangkan,” tegas Edi Busti.

Perang Kamang (15–16 Juni 1908) dan Perang Manggopoh (1908) merupakan simbol perlawanan masyarakat Minangkabau terhadap kebijakan kolonial Belanda, khususnya terkait pungutan pajak langsung (belasting) yang membebani rakyat. Kedua peristiwa ini mencerminkan keberanian, kemandirian, dan kekuatan kolektif rakyat nagari dalam melawan penindasan, jauh sebelum kemerdekaan Indonesia terwujud.

“Kita ingin generasi muda tahu bahwa Agam punya andil besar dalam sejarah bangsa. Kamang dan Manggopoh bukan hanya titik geografis, tapi titik balik perjuangan rakyat Sumatera Barat,” ujar Edi Busti.

Dalam rapat tersebut, berbagai aspek teknis dibahas secara mendalam, mulai dari susunan acara, pengamanan, partisipasi pelajar, penggalangan komunitas budaya, hingga undangan untuk pejabat pusat. Pemkab Agam juga akan mengundang tokoh nasional dan menteri, guna memperluas jangkauan peringatan ke tingkat nasional.

Tak hanya itu, dua daerah utama dalam sejarah peristiwa ini—Nagari Kamang Magek dan Manggopoh—didorong untuk segera membentuk panitia lokal guna mengelola pelaksanaan teknis dan pelibatan masyarakat secara langsung.

Lebih dari itu, peringatan ini juga menjadi bagian dari langkah strategis untuk kembali mengusulkan para pejuang lokal ke pemerintah pusat agar memperoleh gelar Pahlawan Nasional. Upaya tersebut tidak hanya menuntut data sejarah dan dokumentasi, tapi juga narasi publik yang kuat melalui kegiatan-kegiatan seperti peringatan ini.

“Kita butuh peringatan yang tak hanya menyentuh perasaan, tapi juga mendorong pengakuan. Kita butuh strategi budaya dan politik untuk memastikan nama-nama besar dari Agam diakui di tingkat nasional,” kata Edi Busti.

Peringatan Perang Kamang dan Manggopoh ke-117 bukan hanya menyangkut masa lalu. Ia adalah tentang identitas, warisan, dan tanggung jawab kolektif. Dengan kolaborasi antar-OPD, tokoh masyarakat, dan pelibatan generasi muda, Kabupaten Agam bertekad menjadikan momen ini sebagai bukti nyata bahwa sejarah lokal bisa bersinar di panggung nasional.

“Inilah saatnya kita buktikan bahwa Agam bukan sekadar saksi sejarah, tapi penjaga nilai-nilai perjuangan bangsa,” pungkas Sekda. (MC Agam/Harry) 

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh MC KAB AGAM
  • Senin, 28 Juli 2025 | 20:39 WIB
Karhutla Mengancam, Agam Siaga Hadapi Musim Kemarau 2025
  • Oleh MC KAB BANGKALAN
  • Jumat, 11 Juli 2025 | 11:43 WIB
Bupati Bangkalan Luncurkan Program "Bangkalan Bherse Onggu"
-->