- Oleh MC KAB RAJA AMPAT
- Sabtu, 30 Agustus 2025 | 00:15 WIB
: Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, tiba di Raja Ampat, Papua Barat Daya didampingi sejumlah pejabat untuk membuka kegiatan Festival Jejak Raja 2025, di Kota Waisai, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, Jumat (29/8/2025) (Foto; Varro Husain/MC.Raja Ampat)
Oleh MC KAB RAJA AMPAT, Jumat, 29 Agustus 2025 | 23:46 WIB - Redaktur: Wahyu Sudoyo - 94
Raja Ampat, InfoPublik – Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) XXIII Papua Barat dan Papua Barat Daya berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Raja Ampat serta seniman dari Sorong Raya menggelar Festival Jejak Raja di Pelataran Pantai Waisai Torang Cinta (WTC), Raja Ampat, Papua Barat Daya, pada Jumat (29/8/2025). Festifal perdana ini bertujuan memperkenalkan sekaligus melestarikan kekayaan budaya Papua Barat dan Papua Barat Daya.
Sekretaris Daerah Kabupaten Raja Ampat, Yusuf Salim, menegaskan, festival ini menjadi momentum penting menggali dan mengembangkan seni budaya Papua, khususnya Raja Ampat.
“Festival Jejak Raja merupakan upaya melestarikan kearifan lokal serta memperkenalkan wisata budaya sebagai daya tarik baru di Raja Ampat,” ujar Yusuf Salim.
Dalam festival selama dua hari ini, masyarakat disuguhkan berbagai atraksi seni tradisional dan pertunjukan budaya yang mencerminkan kekayaan warisan adat setempat.
Menurut Yusuf Salim, konsep wisata budaya adalah perpaduan antara keindahan alam dan kekayaan tradisi. Empat pulau besar Raja Ampat—Waigeo, Batanta, Salawati, dan Misool—masing-masing menyimpan tradisi dan filosofi hidup yang berakar pada kelestarian alam.
Wisata budaya ini diharapkan tidak hanya memperkuat identitas Raja Ampat tetapi juga meningkatkan ekonomi lokal dengan melibatkan seniman, pengrajin, dan pelaku budaya.
Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, yang turut hadir, menyampaikan bahwa Raja Ampat bukan hanya terkenal karena laut biru dan karangnya, tetapi juga menyimpan peradaban yang kaya.
“Raja Ampat memiliki sistem kerajaan tradisional, hukum adat, seni tari, musik suling tambur, hingga lukisan cadas prasejarah di Misool dan Kabui. Semua ini menjadikan Raja Ampat bukan sekadar destinasi wisata, tetapi juga pusat warisan budaya dan peradaban maritim,” jelasnya.
Fadli Zon berharap festival ini dapat membuka ruang lebih luas untuk mempromosikan seni dan tari kolosal Papua, tidak hanya di tingkat nasional tetapi juga ke panggung dunia. (Penta N Juwita/MC.Kab,Raja Ampat)