- Oleh MC PROV RIAU
- Sabtu, 30 Agustus 2025 | 10:13 WIB
: Kadis P3AP2KB Gayo Lues
Oleh MC KAB GAYO LUES, Selasa, 12 Agustus 2025 | 11:21 WIB - Redaktur: Juli - 144
Gayo Lues, InfoPublik – Pemerintah Kabupaten Gayo Lues terus menunjukkan komitmennya dalam menurunkan angka stunting.
Hingga Agustus 2025, angka stunting di wilayah ini tercatat mengalami penurunan signifikan menjadi 14,8 persen, berkat intervensi nyata dan strategi jangka panjang dari berbagai pihak.
Wakil Bupati Gayo Lues, H. Maliki, dalam Rembuk Stunting yang digelar di Aula Setdakab pada Kamis (7/8/2025), sempat menyuarakan kekhawatiran bahwa penurunan tersebut bisa saja terjadi karena anak-anak yang sebelumnya tercatat stunting telah melewati batas usia pendataan.
“Yang kita takutkan penurunan stunting ini dikarenakan sudah sampai batas usia, bukan karena penanganan kita,” ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas P3AP2KB Gayo Lues, Sartika Mayasari menjelaskan bahwa sekitar 80 persen dari penurunan angka stunting terjadi karena adanya intervensi langsung di lapangan, bukan semata-mata karena faktor usia.
“Memang ada sekitar 20 persen karena faktor usia, namun sisanya merupakan hasil intervensi yang nyata. Jika anak sudah berusia di atas lima tahun, mereka memang secara sistem dikeluarkan dari data stunting,” jelasnya saat diwawancarai pada Jumat (8/8/2025).
Sartika menyebutkan bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari laporan dan kolaborasi antara PL KB dan bidan desa yang tergabung dalam Ikatan Bidan Indonesia (IBI), serta pelayanan aktif di tingkat kecamatan dan puskesmas.
Tantangan Wilayah Terpencil dan Solusi Posyandu Terintegrasi
Ia juga menyoroti tantangan besar dalam penanganan stunting di wilayah terpencil. Daerah yang jauh dari pusat kabupaten sulit dijangkau dan memerlukan waktu lebih lama dalam perencanaan intervensi.
“Berbeda dengan wilayah yang dekat dengan pusat kabupaten, kita bisa langsung turun ke lapangan,” katanya.
Salah satu solusi yang kini dijalankan adalah adanya Posyandu Terintegrasi. Di posyandu ini, anak-anak secara rutin ditimbang dan diukur tinggi badannya. Jika telah memenuhi standar kesehatan, secara otomatis akan dikeluarkan dari data stunting.
Program Orang Tua Asuh dan Edukasi Sejak Remaja
Pemerintah daerah juga tengah menggalakkan program OTA (Orang Tua Asuh) Stunting, yaitu inisiatif di mana setiap anak stunting memiliki orang tua asuh untuk mendukung pemenuhan kebutuhan gizinya.
Tak hanya itu, edukasi pencegahan stunting kini dilakukan sejak dini, bahkan dari masa remaja dan calon pengantin. Remaja putri tingkat SMP dan SMA diberikan suplemen penambah darah untuk persiapan menjadi ibu yang sehat di masa depan.
“Jadi penanganan tidak hanya saat kehamilan, tetapi dimulai jauh sebelum menikah. Kami bekali dengan vitamin dan edukasi gizi yang tepat,” tambahnya.
Rencana Pengembangan Aplikasi Cerdas Pendataan Stunting
Dalam rembuk stunting 2025, Dinas P3AP2KB juga berencana membangun sebuah aplikasi cerdas untuk merangkum dan mengkoordinir data dari posyandu. Aplikasi ini diharapkan menjadi alat bantu yang memudahkan petugas dalam memantau kondisi anak secara real-time, tanpa bermaksud menyaingi sistem milik Dinas Kesehatan.
“Kita ingin semua petugas proaktif turun ke lapangan dan data yang dilaporkan benar-benar valid, by name dan by address,” tegas Sartika.
Penurunan angka stunting di Gayo Lues menjadi bukti nyata bahwa dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat, permasalahan stunting bisa diatasi secara bertahap.
Sartika menutup dengan harapan agar seluruh pihak terus semangat dalam mendukung upaya ini:
“Mari bersama kita wujudkan Gayo Lues bebas stunting. Data harus akurat, intervensi harus nyata, dan edukasi harus terus berjalan.