- Oleh Wandi
- Senin, 25 Agustus 2025 | 14:14 WIB
: Supriyadi Yanuar (64) dan Susiati (54), pasangan suami istri yang menjadi peserta tertua dalam gelaran tersebut. Keduanya berasal dari wilayah Susukan, Ciracas, Jakarta Timur, dan baru dapat meresmikan hubungan mereka secara hukum negara melalui program nikah massal. (Foto Istimewa/Humas Kemenag)
Oleh Wandi, Sabtu, 28 Juni 2025 | 20:41 WIB - Redaktur: Kristantyo Wisnubroto - 335
Jakarta, InfoPublik -- Suasana haru menyelimuti ruang utama salat Masjid Istiqlal, Jakarta, Sabtu (28/6/2025), saat 100 pasangan mengikuti prosesi Nikah Massal Gratis yang digelar oleh Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama (Kemenag). Di antara deretan pengantin muda yang tampak bahagia, kehadiran sepasang lansia mencuri perhatian peserta dan tamu undangan.
Adalah Supriyadi Yanuar (64) dan Susiati (54), pasangan suami istri yang menjadi peserta tertua dalam gelaran tersebut. Keduanya berasal dari wilayah Susukan, Ciracas, Jakarta Timur, dan baru dapat meresmikan hubungan mereka secara hukum negara melalui program nikah massal ini.
“Kami bersyukur akhirnya bisa menikah secara resmi. Ini sebenarnya telah lama kami rencanakan, tapi banyak kendala yang kami lalui sebelumnya,” ujar Supriyadi saat ditemui wartawan.
Ia menambahkan, proses pendaftaran mereka didampingi langsung oleh petugas Kantor Urusan Agama (KUA) setempat.
Supriyadi dan Susiati saling mengenal sejak tahun 2021, saat pandemi Covid-19 masih berlangsung. Keduanya merupakan duda dan janda; Supriyadi telah ditinggal wafat istrinya pada tahun 2021, sementara Susiati berstatus janda sejak 2009.
Keduanya sama-sama menjalani pernikahan kedua. Dari pernikahan sebelumnya, Supriyadi memiliki dua anak, sedangkan Susiati dikaruniai satu anak. Menurut Supriyadi, kecocokan jiwa dan kebiasaan menjadi faktor utama yang mendorong keduanya untuk melangkah ke jenjang pernikahan.
“Tidak mudah sampai di titik ini (Nikah Massal). Saya sempat mengalami trauma setelah istri meninggal. Tapi saya mantap menikah lagi karena ingin menjalankan perintah agama,” tuturnya.
Sementara itu, Susiati menambahkan, pernikahan di usia lanjut bukanlah halangan untuk membina rumah tangga yang sakinah. “Butuh waktu, butuh semangat, dan butuh keyakinan. Arti pernikahan bagi kami sekarang adalah melanjutkan kehidupan di bawah rida Allah,” tambahnya.
Ia mengungkapkan, pernikahan bagi mereka adalah bentuk kerja sama dan saling mengingatkan dalam kebaikan. Bahkan, katanya, cinta dan pernikahan tidak memiliki batasan usia. “Usia hanyalah angka. Tapi semangat kami untuk meraih rida Allah tidak pernah merasa tua,” tutup Susiati dengan mata berkaca-kaca.
Seusai prosesi ijab kabul, Supriyadi dan Susiati langsung menerima buku nikah resmi dari negara. Mereka juga mendapatkan seperangkat alat salat, mushaf Al-Qur’an dari UPQ, serta paket kosmetik dari Wardah sebagai bentuk dukungan terhadap pasangan pengantin baru.
Menag Nasaruddinm Umar yang turut hadir di Masjid Istiqlal, menekankan bahwa program nikah massal ini bukan sekadar solusi administratif, melainkan bagian dari pembangunan peradaban.
"Bayangkan jika setiap orang harus menyediakan minimal lima juta rupiah hanya untuk menikah. Bagi sebagian besar masyarakat, itu angka yang berat. Program ini menjawab realita itu,” ungkap Menag Nasaruddin pada acara Nikah massal di Masjid Istiqlal Jakarta, Sabtu (28/6/2025).
Dalam penyelenggaraan ini, semua kebutuhan ditanggung negara melalui kolaborasi Kemenag dan berbagai mitra. Mulai dari biaya mahar, dokumen resmi seperti akta nikah dengan sistem digital (chip), hingga kosmetik dan perawatan di salon. Bahkan, setiap pasangan mendapat bantuan modal usaha mikro senilai Rp2,5 juta yang pengelolaannya didampingi langsung oleh Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).
"Kalau produktif, Baznas bahkan bisa menambah bantuannya. Kita ingin keluarga ini tidak hanya sah, tapi juga tumbuh secara ekonomi,” jelas Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat tersebut.
Tidak hanya itu, para pasangan juga mendapat pembinaan khusus dan nasihat perkawinan, serta kesempatan menginap di hotel. Menag menyebut langkah ini sebagai bagian dari strategi cerdas: memanfaatkan hotel yang sepi dan sekaligus memberi pengalaman bulan madu yang tak terlupakan bagi para pasangan baru.