- Oleh MC PROV RIAU
- Senin, 25 Agustus 2025 | 05:45 WIB
: Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, dalam keterangan resminya di Jakarta, Selasa (3/6/2025)/Foto Wandi/InfoPublik
Jakarta, InfoPublik — Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Google Arts & Culture resmi meluncurkan sebuah anjungan digital interaktif yang mendokumentasikan gambar cadas prasejarah dari lebih 100 situs gua di berbagai pulau di Indonesia. Peluncuran ini menjadi langkah strategis dalam upaya pelestarian warisan budaya sekaligus penguatan peran Indonesia dalam peta arkeologi dunia.
Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, kepada wartawan di Jakarta, Selasa (3/6/2025), menyatakan bahwa pelestarian fisik situs prasejarah tetap menjadi prioritas utama. Namun demikian, ia menekankan bahwa dokumentasi digital beresolusi tinggi serta penyusunan tur virtual seperti yang dihadirkan dalam proyek ini merupakan bentuk pelestarian pelengkap yang tak kalah penting.
“Di dalam platform ini diabadikan kondisi situs pada suatu waktu, menyediakan data berharga untuk penelitian lebih lanjut, dan memungkinkan pengalaman virtual yang mengurangi tekanan kunjungan fisik ke situs-situs yang rapuh,” jelas Handoko.
Platform digital ini tidak hanya menampilkan gambar cadas dalam resolusi tinggi, namun juga menyuguhkan narasi interaktif, peta situs, dan konteks ilmiah yang memperkaya pemahaman publik. Hasil kolaborasi ini juga menyoroti sejumlah temuan penting, termasuk seni gua naratif tertua di dunia, tempat perburuan paling awal yang diketahui, hingga bukti tertua praktik pembedahan manusia.
“Penemuan luar biasa ini menantang dan memperkaya pemahaman kita tentang sejarah manusia,” tambah Handoko. “Ini turut menempatkan Indonesia sebagai salah satu pusat penting dalam kelahiran peradaban manusia.”
Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa wawasan yang diperoleh dari penelitian ini memiliki potensi besar dalam membentuk ulang perspektif sejarah umat manusia, terutama dalam konteks asal-usul kreativitas dan inovasi. Menurutnya, proyek ini membuka ruang pemahaman baru mengenai pola migrasi, sistem sosial awal, dan perkembangan budaya masyarakat purba di kawasan Asia Tenggara.
“Dengan memamerkan situs-situs luar biasa ini dan seni yang ada di dalamnya, platform ini tidak hanya mengangkat status Indonesia dalam narasi arkeologi global, tetapi juga meningkatkan pemahaman kita tentang asal-usul kreativitas manusia,” ujarnya.
Platform yang tersedia melalui Google Arts & Culture ini dapat diakses publik secara gratis dan menjadi sumber daya edukatif yang relevan bagi pelajar, peneliti, hingga masyarakat umum. Handoko menyebut langkah ini sebagai wujud nyata penggunaan teknologi untuk menghidupkan kembali narasi kuno dalam format yang menarik dan relevan dengan generasi masa kini.
“Ini tentang bagaimana kita menggunakan inovasi teknologi untuk menghidupkan kembali narasi-narasi kuno, serta membuatnya relevan dan menarik bagi generasi masa kini dan mendatang,” tegasnya.
Handoko juga mengingatkan bahwa gambar cadas prasejarah sangat rentan terhadap kerusakan akibat faktor alam maupun aktivitas manusia. Oleh sebab itu, ia mengapresiasi langkah Google dan tim riset dalam melakukan pendekatan non-invasif, presisi tinggi, dan kolaboratif, yang menjaga keaslian situs dan memastikan warisan budaya ini tetap lestari untuk masa depan.