- Oleh MC KAB MANGGARAI BARAT
- Sabtu, 23 Agustus 2025 | 13:26 WIB
: Sekretaris Daerah Kabupaten Manggarai Barat saat menyampaikan sambutan. (Foto : Gonsalez)
Oleh MC KAB MANGGARAI BARAT, Kamis, 21 Agustus 2025 | 11:22 WIB - Redaktur: Juli - 134
Labuan Bajo, InfoPublik – Di balik pesona laut biru dan gugusan pulau yang memikat, Labuan Bajo menghadapi ancaman nyata sampah. Kontribusi sampah dari sektor Hotel, Restoran, dan Kafe (Horeka) mencapai 30 persen. Angka ini menjadi peringatan bahwa menjaga keindahan Labuan Bajo bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab semua pihak.
Penegasan itu disampaikan Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Manggarai Barat, Fransiskus S. Sodo, saat membuka Sosialisasi Pengelolaan Sampah untuk Sektor Horeka Klaster Flores di Gedung PLUT, Kompleks Brimob, Batu Cermin, Labuan Bajo, Selasa (19/8/2025).
“Jika kita bisa bekerja sama menangani 30 persen sampah dari sektor Horeka ini dengan efektif, maka kita sudah menyelesaikan persoalan besar. Mari kita jaga Labuan Bajo, bukan hanya untuk kita hari ini, tetapi juga untuk generasi mendatang,” tegas Fransiskus.
Ia menyampaikan keprihatinan, bahwa meski wisatawan yang datang ke Labuan Bajo mencapai 2.200–2.500 orang per hari, sistem pengelolaan sampah masih jauh dari kata ideal. Pemilahan sampah di rumah tangga dan usaha belum berjalan optimal, TPS 3R belum maksimal, dan sekitar 16 persen sampah masih berakhir di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem open dumping.
“Kalau dua sampai tiga tahun ke depan tidak ada perubahan, TPA kita bisa jebol. Ini alarm yang harus kita dengar bersama,” ujarnya dengan nada serius.
Pariwisata Harus Sejalan dengan Kelestarian
Kepala Pusat Pengendalian Wilayah Bali dan Nusa Tenggara, Ni Nyoman Sarti, menambahkan bahwa perkembangan pariwisata Manggarai Barat, khususnya Labuan Bajo, memang membanggakan, tetapi tidak boleh menutup mata terhadap ancaman lingkungan.
“Pariwisata tidak hanya membawa devisa dan lapangan pekerjaan, tetapi juga membawa tekanan terhadap daya dukung dan daya tampung lingkungan. Timbulan sampah di Manggarai Barat sudah mencapai 51 ribu ton per tahun, dan 30 persen di antaranya berasal dari Horeka dan pariwisata,” jelasnya.
Ia menekankan, menjaga kelestarian Labuan Bajo adalah harga mati jika destinasi super prioritas ini ingin tetap memikat dunia di masa depan.
Gotong Royong Jadi Jalan Keluar
Sosialisasi ini menghadirkan berbagai pemangku kepentingan: Dinas Lingkungan Hidup se-Klaster Flores, pelaku usaha Horeka, asosiasi PHRI, hingga pegiat lingkungan. Semua menyuarakan hal yang sama: kolaborasi adalah kunci.
“Labuan Bajo adalah rumah kita bersama. Mari kita rawat kebersihan dan keindahannya, bukan hanya demi wisatawan, tapi demi anak cucu kita yang akan hidup di sini,” ajak Fransiskus menutup sambutannya.
Dengan semangat gotong royong, pemerintah dan masyarakat berharap bisa mendukung target nasional pengelolaan sampah terkelola 51,2 persen pada 2025, hingga mencapai 100 persen pada 2029. Karena Labuan Bajo bukan hanya destinasi, tetapi juga warisan untuk masa depan.